TERJEMAHAN KAWRUH KASAMPURNANING NGAHURIP
BUKU PENGETAHUAN KESEMPURNAAN HIDUP
MILIK RM. MANGUNDIREJA
DI MANGKUNEGARAN
Pengetahuan Kesempurnaan Hidup, tulisan JC. Sateryi.
Mengenai terciptanya wujud manusia, yaitu:
Tulisan yang dijabarkan di bawah ini jadikanlah ajaran yang ringkas untuk orang yang bersedia mencari pengetahuan dengan sungguh-sungguh supaya mendapat pengetahuan mengenai pengetahuan bangsa Hindu terhadap kesempurnaan hidup.
Pada tulisan ini sedapat-dapatnya aku menjelaskan dengan kata-kata sederhana mengenai watak kodrat manusia, derajat yang diduduki (manusia) di dunia, apa yang dinamakan dunia dan bagaimana tempat kejadiannya, singkatnya (aku) akan menjelaskan bagaimana dan (apa) sebab hidup dan juga apa tujuannya.
Mungkin aku langsung dapat mengetahui semua asal mula wujud.
Supaya dapat menangkap (makna dari) yang disebut itu, sangat perlu aku mengenali watak kodratku sendiri terlebih dahulu, nantinya aku akan mengetahui, bahwa dunia ini tidak lain hanya getar, yang bukan dari keinginannya sendiri, Tuan Khan menyebutkan: benda itu satu adanya, (benda) itu tidak dapat benar-benar sesua dengan (yang ditangkap) panca inderaku. Bila orang mengamati semua wujud benda di sekelilingnya, (maka) akan mengetahui bahwa benda itu tidak nyata adanya. Jika berdiri sendiri (tidak ada pembanding), (maka) nilai wujud semua benda harus dipikirkan dan dibenarkan menurut cara pengamatannya. Maka dari itu tidak mungkin bila aku memiliki keinginan untuk dapat mengetahui asal mula benda hanya melalui panca inderaku.
Agar dapat mengerti asal mula benda, manusia harus mengenal dirinya sendiri, demikian pemikiran banyak (tokoh) panutan di setiap negara, kata Socrates: kenalilah dirimu Pribadi, maksudnya tidak lain hanya supaya setiap orang mengenal watak kodrat yang (ada pada) diriku dan seperti itu juga maksudnya panutan Kristus ketika berkata kepada para sahabatnya: upayakan kerajaan Tuhan di dalam batinmu sendiri.
Hanya dengan sarana pencarian ke dalam dirinya sendiri, manusia akan mengetahui kenyataan dirinya dan mengetahui bahwa dirinya itu tidak hanya sama keadaannya dengan benda lainnya yang (ada) di dunia, tetapi juga sama dengan keadaan wujud kodrat dunia (kodrat pergerakan).
Kodrat itu tidak bisa dibagi, maksudnya: badan awalnya utuh, oleh karena itu meskipun sebutir pasir kodrat dunia itu ditemukan utuh juga, meski gaib keadaannya dan tidak dapat dinyatakan, tetapi karena sebutir pasir itu berada di luar badanku – yaitu dibabarkan maksud sebenarnya saja – maka aku tidak akan bisa mengetahui watak kodrat dengan cara mencari tahu keadaan pasir.
Hanya ada satu (cara) yang dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam pencarian, yaitu diriku sendiri. Kalau (yang) satu itu sudah dimengerti dengan sungguh-sungguh, manusia baru dapat mengetahui kodrat dunia.
Nah, itulah awal aku akan memulai perincian wujud manusia dan lama-kelamaan aku akan menuntun engkau sampai pada tempat suci, yang bertempat di dalam hati setiap orang.
Jika sudah jelas dengan sungguh-sungguh keadaan kodrat manusia dan bagaimana keadaannya pada tempat manapun di dunia, aku akan mencoba menerangkan asal mula dunia, dengan mengamati benda-benda yang ada di sekelilingku, lalu aku akan mencoba (mencari tahu) asal mulanya semua benda – menurut cara orang santri – bagaimana cara Allah menyiptakan benda – tetapi caraku menerangkan tidak seperti pada umumnya santri jika (sedang) menerangkan, yaitu tanpa keterangan (hanya dengan bercerita) sedapat-dapatnya (aku) akan (menggunakan) cara pujangga jika (sedang) menerangkan, menggunakan keterangan yang nyata. Akhirnya aku akan mencari dengan sungguh-sungguh supaya (dapat) mengetahui semuanya, yang kira-kira bisa terjadi pada nyawa manusia, aku akan mencoba (untuk) berpikir, bagaimana manusia di dunia dapat mengetahui keadaan badan halus dan bagaimana orang dapat menjadi Tuhan, malah sudah menjadi Tuhan sebelum mati.
Perkara itu akan aku jelaskan dari satu, (di)mulai dengan memperhatikan watak kodrat manusia.
Setiap orang pasti tahu bahwa badan kasar itu berbeda keadaannya dengan nalar (akal pikiran), meskipun aku tidak akan menyebutkan bahwa akal pikiran itu wujudnya dapat dianggap berbeda dengan badan kasarnya.
Orang yang tidak percaya pada keberadaan nyawa menyebutkan bahwa akal pikiran itu tidak ada bedanya sama sekali dengan badan, tetapi orang itu harus berpikir bahwa daya pikiran itu menguasai semua pekerjaan yang berbeda dengan daya kuasa pekerjaan badan kasar. Jadi di dalam manusia ada perbedaan yang jelas antara (badan) kasar dan halusnya, atau secara umum, antara badan dan nyawanya.
Aku sudah mengerti bahwa badan itu pasti dapat berubah dan selalu berganti rupa. Setiap tujuh tahun sekali berganti rupa, beserta bagian yang lembut meskipun masih memuat wujud orangnya, kemanusiaannya. Jadi di dalam kulit badan yang tidak tetap keadaannya itu, ada benda yang disebut tetap daripada badannya, yaitu yang dijadikan saksi pergantian rupa tadi (yaitu yang menjadi pikiran perubahannya), jika tidak demikian aku sama-sama tidak dapat mengetahui perubahan pada nalar (akal pikiran)ku. perubahan rupanya sama cepatnya dengan pergantian rupaku. Pasti perubahan rupanya tidak dapat diketahui.Sedapatnya orang mengetahui (cara kerja) perubahan benda, dia harus diam, sedikitnya ya berubah caranya yang berbeda dengan cara (perubahan) benda tadi.
Hukum pemikiran demikian itu berlaku pada semua benda yang terlihat. Jika tidak ada pemikiran demikian, sangat tidak mungkin aku akan membuktikan (merasakan) apa-apa.
Kejadian yang nyata itu, yaitu aku mengetahui perubahan badan, bahwa di dalam badan kasar ada sebuah benda yang mencatat (mengingat) perubahan rupanya.
Oleh karena perubahan (badan kasarnya), masih ada perubahan pada batin (halusnya) yang selalu terjadi, tetapi yang umumnya tidak diperhatikan orang, seperti penglihatan orang terhadap benda-benda. Hal itu disebabkan oleh perubahan rupa orang (yang) cepat berkesinambungan jalannya terhadap benda tadi, singkatnya dari getaran (getar).
Perubahan rupa yang demikian itu berkesinambungan dan saling terkait, yaitu yang dinamakan perasa. Jika orang tidak diberikan perasa maka tidak akan bisa melihat atau merasakan. Semua kejadian nyata yang dirasa itu bersambungan satu dengan yang lainnya lalu tercakup di dalam pikiran. Tempatnya pikiran bekerja di otak, karena otak itu benda (dari) badan kasar maka benda yang sudah terlupakan lama (seketika) datang, semua (yang) teringat terlihat jelas sekali dalam pikiran. Maka orang yang berada dalam pengaruh hipnosis (bangsa sihir) kemudian bisa lupa (dengan) semua yang (telah) dialami ketika masih anak-anak dan sudah lupa sama sekali. Sudah banyak sekali (yang) dilupakan orang yang berada di bawah pengaruh hipnosis, (namun) kemudian teringat pada kata yang pernah didengar sekali ketika masih kecil, yang demikian itu persis seperti ada benda di dalam badan yang mencatat semua yang dirasa, benda itu dinamakan mental (maksudnya batin).
Bukan maksudku membuktikan kenyataan kejadian itu berdasarkan hukum dari keterangan yang kurang jelas, sebab aku bukan bukti yang nyata. Umumnya sebuah kenyataan tidak dapat ditetapkan hanya oleh perkataan saja. Supaya dapat memperoleh bukti yang nyata, harus kamu ketahui sendiri berdasarkan pengetahuanmu bahwa adanya dirimu itu tidak tergantung dari badan kasarmu. Kamu harus bisa memisahkan (yang) halus dari badan kasarmu, maksudnya kamu harus bisa mencari tahu (dan) membuktikan kenyataan (badan) halusmu seperti umpamanya seorang ahli ilmu alam mencari tahu terjadinya benda-benda, yang akan dibuktikan berdasarkan hukum (yang membentuk)nya. Oleh karena akhirnya (pada) tulisan ini aku akan menerangkan mengenai yang disebut di atas tadi, maka aku menjelaskan pernyataan tadi. Keinginanku hanya menyediakan, apa yang akan aku ceritakan ini bukan pikiran yang sia-sia, tetapi ada sebab jelasnya, yang menjadi saksinya (adalah) syahadatku.
Yang pertama, aku dapat menyebutkan bahwa badan kasar itu berbeda dengan mental. Ya, benar perbedaan itu tidak terhadap batin (benar-benar berbeda). Ya benar sejujurnya tidak bisa (demikian), tetapi sudah pasti kelihatannya seperti juga bedanya benda padat dan benda cair.
Seumpama aku sama-sama membagi-bagi mental berdasarkan umurnya, pasti akan jelas dan juga bisa meleset perubahannya, dan sama sekali tidak tetap. Hawa nafsu itu selalu datang dan pergi pada sukma (nyawa), pergantianku berkesinambungan dan banyak macamnya. Setiap tahun akal pikiran itu naik atau tidak naik, (terbungkus) daya ingat (yang) berganti-ganti jalannya, akhirnya pikiran itu semakin sempurna sejak naiknya watak kodrat manusia. Nah, demikian perubahan pada bagian-bagian mental itu, oleh karena dari pergantian-pergantian rupanya (dapat) terlihat, maka harus ada yang lebih tetap (sifatnya) daripada mental.
Benda itu pasti adanya, yaitu asalnya (dari) roh yang sifatnya: tidak egois, cinta kasih, dan kebaikan lainnya, yang menjadikan perbedaan antara ciri-ciri orang dan hewan. Hukum perasa tadi yang umumnya menyebabkan kebahagiaan.
Sebab sukma berbeda dengan batin, seperti udara (asap) dengan benda padat atau benda cair.
Jika watak sukma tadi diamati, pasti jelas bahwa berubah-ubah juga keadaannya.
Nafsu terhadap kebaikan itu semakin lama semakin (mengalami) kenaikan, naiknya dari Nur raga, mengajarkan cinta kasih dan berbuat kebaikan.
Kebahagiaan yang dirasakan orang pada suatu waktu itu bisa berpindah lagi pada waktu lainnya, sebab perubahannya (dapat) terlihat. jadi watak sukma itu bukan Pribadi yang nyata. Di dalam watak sukma masih ada benda yang mengetahui semua perubahan rupa dari watak sukma tadi, (adanya) di tempat yang tinggi di dalam wujud manusia. (Benda) itu (adalah) Pribadinya manusia, yaitu sakti yang mencatat semua perubahan sukma, batin, dan, badan kasar. Jadi jajaran zat itu ada empat: badan kasar, batin (badan halus), roh (nafsu terhadap kebaikan), dan Pribadi yang luhur (sakti yang tidak bisa berubah). Empat jajaran zat itu merupakan bagian wujud manusia, Pribadi itu yang menjadi inti zat, lalu yang lainnya hanya sebagai pengiringnya saja.
Jika kamu mengamati ke dalam jasadmu sendiri, kamu akan merasa, entah banyak sedikitnya, daya kerja bagian-bagian tadi. Tetapi supaya yang diduduki watak yang perlu (dimiliki) pada keadaan itu, yang tidak melihat tanpa henti dengan sabar (dan) tawakal, pasti akan mengetahui kenyataannya dan dapat membedakan jajaran zat tadi. Apa lagi – dengan kesadaran terhadap keadaan dirinya – lama-kelamaan bisa mengaitkan dengan asal kejadian dirinya yang luhur dan aku bisa menyebutkan bahwa cara demikian, yaitu seterusnya bagian-bagian perincian wujud dari Pribadinya itu, menyebabkan suka terhadap kebanggaan. Bisa juga meninggalkan badan kasar sementara (lamanya berdasarkan keinginannya) supaya mendapat pengetahuan dari dirinya sendiri terhadap kedudukan halusnya zat kodrat.
(Hal yang) demikian sudah dilakukan oleh nabi ketika puasa 40 hari lamanya, hanya orang yang dapat berlaku demikian dapat membuktikan kenyataan yang akan aku jelaskan ini, bagi orang yang demikian tidak ada kira-kira dan perkiraan yang belum tentu, tetapi sayangnya hanya sementara saja yang dapat berlaku demikian, sebab sebenarnya hanya sedikit orang yang diduduki watak yang perlu (dimiliki itu), lebih jarang lagi orang yang bergiliran dengan sungguh-sungguh mencariku.
Aneh sekali bahwa banyak orang yang mengatakan bahwa nyawa itu tidak ada, tetapi tahu apa orang yang demikian itu, apakah dirinya adalah ahli mengenai hal itu, hanya orang yang ahli dalam perkara itu yang dapat berkata demikian. Misalnya jaksa, tentu merasa tidak tertandingi dalam ilmu perdukunan. Oleh karena dirinya tidak belajar ilmu itu, apalagi berusaha berdasarkan pengetahuan itu, jadi merasa rendah pemikirannya terhadap perkara itu. Meskipun tidak ada orang (yang) heran mendengar ketidakpercayaan terhadap adanya nyawa. (Pernyataan itu) keluar dari orang yang mencari pengetahuan (mengenai hal itu) tidak ada seperseribu (dari) waktu yang digunakan untuk memikirkan perkara lainnya. Jadi sebenarnya ketidakpercayaannya itu omong kosong.
Hai, mitraku. Sebelumnya kamu tidak percaya adanya nyawa, cari (tahu)lah dahulu. Lamanya hanya ada sepersepuluh waktu, yang terbuang sia-sia dipakai berpikir perkara lainnya.
Maka sekarang sama-sama memulai pembagian badan manusia.
Adapun zat manusia itu berbeda dengan zat benda yang tidak bernyawa, pada bahasa asing umumnya disebut wdarganis, artinya: fungsi. Kemudian zat benda yang tanpa nyawa disebut: anwdarganis, artinya: tanpa fungsi. Meskipun demikian aku berani memastikan bahwa para ahli kimia (juru pemisah) nantinya akan menyebutkan, sebenarnya tidak ada zat yang tidak memiliki fungsi, meskipun berbeda keadaannya.
Di dalam badan manusia juga diduduki zat yang tanpa fungsi, tetapi zat tersebut berada di bawah perintah bagian badan yang disebut daya hidup, jadi dapat berfungsi. Pada badan manusia ada dua cikal bakal (bakal benih), yaitu badan kasar dan daya hidup. Daya hidup itu dapat disebut benih dari eter (udara), jelasnya begini, jika badan manusia itu diamati, ditemukan keberadaan sebuah benda yang lebih ringan dan halus daripada gas yang disebut eter, itu yang disebut daya hidup.
Eter di dalam zat yang tanpa nyawa tidak terlalu berfungsi jika dipakai untuk membangunkan daya hidup meskipun pasti adanya, sebab eter itu merasuk memasuki setiap benda yang padat, cair, dan berwujud angin. Hanya dayanya (yang) dapat hidup di sana (sampai) hampir habis, tetapi semua benih hidup itu dihasilkan oleh zat yang rendah (badan kasar), lalu dapat mengumpulkan semua zat tadi, serta memiliki fungsi (yang) akhirnya menjadi bertumbuh.
Benih yang hidup itu diberi fungsi oleh badan kasar manusia, adapun zat eter yang menjadi dasar atau penuntun hidup dapat disebut badan eter, yaitu lapisan badan kasar.
Meskipun zat eter yang menjadi benih hidup itu menjadi satu dalam tubuh, seperti dua (hal) yang menyatu, dapat dibuktikan kebanyakan orang melalui ilmu magnetisme. Jika orang (yang) sudah mengetahui pengetahuan tersebut dengan jelas, maka akan mengerti bahwa magnetisme itu tidak lain hanya keluarnya daya hidup yang menyambar satu terhadap yang lainnya.
Dua zat yang menjadi bakal badan manusia tadi dalam Bahasa Sansekerta disebut: setula buta, artinya: badan kasar dan nafas (daya hidup), maksudnya daya hidup yang menjadi pengetahuan (tentang) keberadaanmu. Meskipun dua zat itu dapat dipisah, termasuk juga tetap badan kasar bukan halusnya watak kodrat manusia (termasuk penyatuan jasad yaitu badan kasar = debu).
Batin manusia dapat dibagi-bagi menjadi tiga bagian dan satu bagiannya dapat dipisah.
Kamu sudah mengetahui bahwa setiap orang memiliki hawa nafsu dan perasaan (pada) sekujur badan.
Perasaan itu tadi sebuah keadaan hidup (yang) nyata dan banyak macamnya,, mulai (dari) hawa nafsu hewani sampai perasaan orang yang sempurna. Perincian watak nyata yang demikian umumnya disebut perasaan saja. Dalam Bahasa Sansekerta, kama, artinya nafsu (= keinginan), zat yang lebih halus darpada zat eter, serta menjadi cikal bakal seluruh perasaan. Dalam bahasa Eropa disebut astrale stof, artinya zat yang terang (sinar = cahaya) yaitu yang menjadi perbedaan (antara) batin dengan badan kasar bagi orang yang dapat mengetahui.
Oleh karena itu kamu sudah mengetahui bahwa di dalam badan manusia ada bagian yang dapat berpikir, mengira-ngira, menimbang-nimbang, itu disebut nalar, atau pikiran. Keadaannya sesuai dengan keadaan rendah yang menjadi bakal manas (dari Bahasa Latin mens, artinya nyawa yang berpikir) yang menyebabkan keadaan manas rendah.
Ada lagi bagian yang lebih luhur derajatnya, tidak mengira-ngira, tidak menimbang-nimbang baik buruk, tidak berpikir, tetapi langsung dapat menyebutkan (bahwa) ini buruk, itu baik, entah (bagaimana) sebabnya tetapi memastikan bahwa benar-benar demikian (intusisi). Dasar (cikal bakal) demikian itu budi yang luhur atau pikiran yang utama, yaitu wujud nyata manusia dan dapat disebut (sebagai) nyawanya (= pikirannya = budi yang sejati) yaitu dalam Bahasa Sansekerta disebut pikir yang luhur (= mens = manas luhur).
Jadi dalam tubuh manusia, singgahsana nyawa, ada tiga bagian:
1. Watak kodrat hawa nafsu, rasa kotor dan perasaan (kama).
2. Pikiran yang menimbang-nimbang, berpikir, dan mengira-ngira (manas rendah).
3. Pikiran yang putus sama sekali atau putus (intuisi/ manas luhur).
Adapun keadaan alam nyawa pada saat ini aku belum bisa membagi-bagi sebab lebih banyak perinciannya, besar kecil dan hanya dapat dimengerti orang yang sempurna, maksudnya yang sudah dibuka (pikirannya) oleh yang maha kuasa.
Oleh sebab itu alam nyawa anggaplah hanya satu saja.
Demikian juga bukan anggapanmu, bahwa kamu mengamati “Pribadi manusia”.
Pribadi manusia itu sebenarnya juga memiliki tiga wujud, tetapi tiap wujudnya tidak dapat dinyatakan oleh orang pada umumnya hanya orang sempurna yang dapat mengetahui dan membedakan. Oleh sebab itu tiga wujud yang menjadi satu itu kusebut “satu” saja, yaitu mahatma. Serta tiga wujud yang menjadi satu itu (trimurti) hanya satu saja wujudnya, adapun menurut cara orang Nasrani (Kristen) disebut: bapa, putra, dan roh suci (Roh Kudus) atau tiga wujud kenyataan yang luhur.
Jadi manusia memiliki tujuh cikal bakal, seperti:
- Tiga wujud luhur yang dianggap menyatu yaitu Pribadi, itu sejajar (dengan) yang sejati dan adanya hanya sebuah, ya hanya itu saksi semua perubahan badan (kata mahatma artinya nyawa yanga agung, Pribadi yang agung) bangsa theosofi menyebutnya atma, tetapi bangsa Hindu menyebutnya mahatma. Atma artinya yang menggerakkan semua, yang melingkupi (dan mengatur) semuanya, sebenarnya hanya Pribadi manusia yang dapat memuat berbagai macam benda.
- Bakal nyawa atau pikiran, budi, artinya pintar, (pengambil) keputusan.
- Nyawa atau manas luhur.
- Pikir atau manas rendah, manas artinya benih yang terang, yang merambah semua alam, umumnya disebut pikiran.
- Perasaan atau kama, kama artinya hawa nafsu = keinginan.
- Nafas, artinya daya hidup = pergerakan.
- Badan kasar, yang padat, cair, dan yang berwujud udara disebut setula buta, artinya adonan badan kasar (yang menjadikan badan kasar).
Sebenarnya orang tidak perlu menghapalkan nama semua cikal bakal yang disebutkan tadi, (dengan) kembali mengenali adanya cikal bakal itu pada badan sendiri (akan) lebih bermanfaat.
Pada (bagian) pendahuluan tulisan ini, aku sudah menjelaskan bahwa di (dalam) jagat berkaitan antara satu dengan lainnya (maksudnya bergantian mengadakan wujud) dan yang sesuai dengan keadaan semua cikal bakal yang terdapat dalam watak kodrat manusia, seperti:
- Zat asal badan kasar manusia sesuai dengan benda padat, cair, dan yang berwujud udara yang ada di sekelilingnya, bakal yang berwujud eter tidak berbeda dengan eter benda-benda lainnya (yaitu asalnya hidup benda) jadi zat dan eter adalah bakal badan kasar semua (mahluk di dalam) jagat (termasuk matahari, bintang, dan bulan).
- Cikal bakal perasaan manusia sesuai dengan asalnya semua benda, yaitu cahaya (alam api).
- Benih budi manusia dan nyawanya sesuai dengan budi serta nyawa jagat, tempatnya di alam budi.
- Bakal nyawa dan Pribadi manusia sesuai dengan tempat nyawa (alam roh).
Perkara itu akan (menjadi) jelas melalui ulasan ajaran yang dipetik dari tulisan Nyonya Annie Besant ini :
Jalannya elektrik – yaitu benda tersembunyi yang hanya gejalanya saja yang dapat diketahui orang – dapat menghasilkan bermacam-macam keadaan, menarik semua yang berada di dekatnya. Jika ia melewati kawat (entah besar atau kecil), pasti keberadaannya terlihat, yaitu berupa api atau panas. Jika ia berada di air garam, bukti keberadaanya (adalah) garam tadi menjadi terpisah-pisah zatnya, dan jika ia meliliti kawat yang lunak, basi (kawat) tadi mengandung daya penarik seperti besi berani.
1 Kata tempat atau alam yang digunakan dalam tulisan ini artinya tidak seperti pada kebanyakan pengetahuan, hanya tergantung dari perjanjian para ahli teosofi saja, sebab sebaiknya selalu diingat-ingat supaya tidak salah mengerti. Tempat atau alam itu satu-satunya keadaan “zat jagat”, yang dijadikan hukum semua ajaran mengenai “daya tunggal”.
Adapun semua tempat tadi ada di dalam jagat, seperti adanya cikal bakal manusia, tidak bersusun atau berlapis, tetapi saling memasuki, misalnya seperti air yang masuk pada benda yang padat, udara pada benda yang cair, demikian juga eter meresap pada semua barang, lalu melingkupi semua jagat, kemudian berganti benih yang berwujud cahaya, itu merasuk ke dalam eter dan benda kasat mata lainya, demikian seterusnya. Jadi semua wujud cikal bakal (manusia) saling memasuki satu sama lain, manusia hidup bersama di semua tempat dalam jagat dengan satu-persatu bakal badannya.
Di atas sudah dijelaskan, bahwa tujuh cikal bakal manusia bisa hanya ada lima tempatnya pada jagat.
Sekarang aku sudah sama-sama mengerti, bahwa cikal bakal manusia itu ada tujuh, tetapi bertempat di lima martabat dunia, tujuh cikal bakal manusia tadi dapat diringkas menjadi lima, adapun adanya tujuh itu karena tumbuh dari dua cikal bakal, yang sesuai dengan dua martabat dunia yang luhur, dan yang juga tidak dapat dibuktikan manusia, maka aku jelaskan, hanya supaya orang tahu, bahwa Agama Hindu sungguh-sungguh mengakui adanya cikal bakal dan dua martabat itu dan menyebutnya dengan Awiyakta dan Purusha.
Adapun dapat terlihat jika ada pada atma, jadi dua itu maksudnya benar-benar dua yang manunggal, itu tidak dapat dipisah-pisah, sebab atma itu jika terlihat pada manusia hanya ada satu. Bagi orang, trimurti hanya (dapat) terlihat di dalam mimpi saja (cipta).
Sekarang aku akan menjelaskan fungsi dan perubahan pada semua cikal bakal tadi, seberapa lama dan seberapa besarnya. Mulai dari cikal bakal yang luhur sampai yang paling rendah. Yang pertama adalah atma, yaitu zat yang sempurna, yang berwujud tiga tetapi berkumpul jadi satu, itu adalah cikal bakal yang abadi adanya pada manusia. Kedua adalah zat roh, tidak abadi, tetapi adanya lebih lama daripada cikal bakal yang berada di bawahnya. Demikian seterusnya sampai pada akhirnya adalah badan jasmani, adanya tidak lebih lama dari roh.
Perkara ini akan akan menjadi jelas ketika aku berpikir mengenai getaran benda. Semakin halus atau lembut bendanya, semakin lama getarannya. Hal itu menjadi ukuran panjang pendeknya waktu adanya cikal bakal manusia. Sebab adanya itu tidak lain hanya dari getaran, cikal bakal yang luhur-luhur tadi jadi sama-sama mengalami sirnanya badan jasmani (badan kasar). Seperti misalnya senar rebab, yang lembut masih bergetar, kalau yang ringan bobotnya sudah lama diamnya. Tetapi itu jangan dianggap bukti yang nyata, sebab sebenanya hanya contoh saja. Adapun yang nyata hanya melalui nalar dan dijalani sendiri oleh orang yang bisa menjalani. Sedapatnya orang menerima pengetahuan yang diberikan melalui perkataan orang lain, yang sudah menjalankan (dapat) membuktikan kenyataannya. Menurut yang dijelaskan itu, badan kasar manusia (padat, cair, dan yang berwujud udara) yang paling pendek umurnya, ketika sudah sampai waktunya meninggal, berpisah dengan badannya, dua eter yang menjadi sarana badan jasmani mempunyai daya upaya hidup. Misalnya badan jasmani itu ditinggal sebentar saja oleh dua badan eter tadi, bisa kehilangan kesadaran, seperti orang diberi kloroform. Adapun orang yang sudah sempurna bisa mengetahui keluarnya badan eter, wujudnya terlihat seperti uap yang berwarna kebiruan. Jika uap itu pisah sama sekali dari badan, tentu orangnya mati. Sebab hidupnya sudah tanpa daya terhadap kinerja tubuhnya, akhirnya mayatnya sirna menjadi debu. Mulai dari kematiannya (adat tiga harian), badan eter tadi berganti, nampak badannya yang lebih halus. Jadi mayat itu tidak hidup dan menjadi tidak jauh dari jasadnya tadi. Jasad yang kedua itu sirna, banyak orang tahu (bahwa) hantu (merupakan) gejala dari eter itu, umumnya orang akan takut atau kaget. Tetapi jika jasad itu dibakar seperti yang dilakukan Bangsa Hindu, badan eter itu seketika bisa sirna bersamaan dengan badannya.
Adapun halusnya dua badan itu masih ada, sebab sirnanya (badan jasmani) bukan penyebab adanya manusia, malah lebih hidup daripada hidupmu dan hidupku. Tetapi tidak kasat mata, karena tanpa badan kasar. Keadaan wujudnya lebih dari lembut, tidak dapat dilihat oleh orang biasa. Tetapi adanya pasti, (nampak) seperti getaran merah atau lebih keunguan, yang tidak terlihat oleh orang. Jadi yang aku sebut mati itu tidak lain hanya wujud getar (getaran) yang lebih halus, meskipun aku sama-sama tidak bisa mengira-ngira (wujud) getar itu, maka tidak tahu keadaannya. Seperti juga eter tidak dapat dilihat ketika masuk ke dalam badan kasar, demikian juga masuknya wujud yang halus-halus tadi ke dalam yang kasar-kasar.
Perginya badan roh dari dua badan kasar tadi menyebabkan perubahan pada badan Nur, yang menjadi asalnya nafsu dan sejenisnya dan menjadi sarana hidup di alam yang baru. Adapun panjang pendeknya hidup di alam yang baru itu tergantung dari banyak sedikitnya daya hawa nafsunya.
Jika hidupnya di dunia selalu menuruti hawa nafsu, hidupnya (akan berada) di alam yang dapat disebut neraka bagi Bangsa Nasrani atau Islam, ya akan lama sekali. Sebab badan Nur itu dijadikannya dari zat perasa dan hawa nafsu. Adapun jika ketika di dunia orang itu selalu berdaya upaya untuk kenaikan hawa nafsunya, mendekati janji akan menjadi badan yang lebih awet, seperti umpamanya kulit badan gajah yang tebal. Tetapi meskipun semua yang tercipta itu pasti akan sirna, cepat atau lambat manusia juga akan meninggalkan badan Nur tadi. Jika sudah dicukupkan demikian dan semua kotoran halusnya sudah terbuang, halusnya naik ke martabat budi, yaitu yang disebut “surga”, yang dibawa hanya hanya watak Nur atau cikal bakal yang gaib-gaib, yang di masa nanti menitis kembali dan menentukan badan Nur yang baru.
Adapun lamanya manusia ada di surga tadi, juga tergantung kelakuannya di dunia. Jika ketika hidup selalu berlaku benar dan merasakan kebaikan orang, apalagi selalu mencari pengetahuan dengan sungguh-sungguh dan kemampuan lain-lainnya (seperti suka mengalah, rendah hati) tentu akan lama menempati surga (manas rendah).
Di dunia, orang yang sudah sempurna dan dapat menyatakan keadaannya dapat mendengar getaran bisikan Allah dan bisa mendengar suara pada tempat yang luhur. Apalagi akan pertemuan dengan para bidadari dan juga bisa mengerti semua pengetahuan. Tetapi mungkin ada yang tidak percaya dengan perkataanku ini meskipun benarlah bahwa di alam yang gaib itu semua tidak ada yang tidak bermula.
Nah, demikian gambaran dua jagat yang luhur itu, adapun hidupnya manusia di sana menjadi akhir hidupnya di jagat ini, yaitu kesempurnaan hidupnya di dunia, sebab kebaikan orang itu dimulai dari apa yang dilakukan (selama) hidup di dunia ini, maksudnya menggunakan laku yang benar, jangan menunggu besok-besok.
Sebenarnya kasihan sekali, banyak orang yang pada dasarnya tidak buruk, tetapi menyia-nyiakan waktunya (di kala) hidup, karena keadaan pada sesudah dan sebelum mati itu akan sama saja. Ikatan kejadian itu terjadi berdasarkan hukum yang sama. Nasehatku ini mungkin semuanya tanpa guna dan kekanak-kanakan, itu akan lestari sampai pada jamannya Nur atau neraka. Jangan dianggap bahwa orang hidup itu cukup hanya dengan sedikit berdoa supaya mendapat surga.
Adanya jagat itu dikuasai oleh hukum yang lebih adil, yaitu hukum sebab akibat, jadi semua tidak ada yang tanpa sebab. Adanya surga dan neraka tidak lain hanya dari sebab penerapan hukum tadi. Maka, hai orang yang berpikir, agar berhati-hati dan bekerjalah, supaya di dunia ini sama-sama lega, dan di kemudian hari jangan sampai (menjadi) keberatan oleh kecerobohanmu sendiri.
Jadi martabat manusia itu awalnya naik di alam Nur, kemudian di alam budi. Sekarang nasehatku: yang aku sebut alam itu bukan tempat, melainkan keadaan jasad. Surga itu di mana-mana ya ada dan masuk di semua yang ada, malah lebih banyak daripada yang ditempati eter. Singkatnya, manusia di suatu alam tadi akan menerima pembalasan dari yang sudah dilakukan ketika hidup di dunia. Sewaktu sudah sampai pada waktunya, alam tadi akan ditinggal, seperti juga dunia ini akan ditinggal. Jadi manusia meninggalkan empat badannya. Adapun hidupnya itu lamanya antara 1.000-1.500 tahun di dunia, lalu sampai pada masa penitisannya menjadi manusia. Adapun perkara ini akan aku jelaskan besok, kamu pasti akan mengetahui bahwa penitisan menjadi manusia itu hanya menurut hukum jagat. Sekarang sudah cukup aku berhenti sampai di sini. Aku hanya akan berkata bahwa manusia sebelum menitis kembali (akan) membuang empat macam badannya yang rendah, bersamaan dengan waktunya menitis, keluar dari alam roh atau alam asalnya.
Jika selesai di masa penitisannya, dia merasuk (ke) badan yang rendah (manas rendah) lalu masuk ke alam Nur yang baru yang dipakai daya perasa. Adapun badan eter dan badan kasarnya diciptakan di rahim ibunya.
Jadi wujud manusia yang halus itu tumbuh terlebih dahulu, tetapi lenyapnya paling belakangan. Semakin halus benihnya, semakin lama hidupnya. Nanti aku akan mengetahui bahwa putaran dayanya lebih luas.
Adapun orang yang sudah sempurna bisa mengetahui bahwa setiap orang dikelilingi cahaya berbentuk bundar seperti telur. Seperti gambar-gambar orang kuno, maksudnya Dewi Maryam dan putranya. Maka sekarang dengarlah cerita Tuan Eisenbah yang mumpuni untuk menjelaskan adanya cahaya itu. Cahaya itu tidak lain hanyalah sinar dari cikal bakal manusia yang keluar dari dalam badan kasar. Terlihat oleh orang yang sudah sempurna berwujud lengkungan mengelilingi badan.
Jadi zat yang halus-halus itu yang paling luas tempatnya. Kejadian seperti ini sudah dijelaskan oleh para ulama. Tetapi saat ini jika aku terangkan lagi akan lebih menyulitkan pikiran para pembaca ajaran ini.
Akhirnya aku akan menjelaskan mengenai kesadaran dan pembawaan satu-persatu cikal bakal manusia. Mungkin para pembaca sudah mengerti bahwa manas rendah itu berganti setiap (kali) menitis dan hanya tinggal tiga martabat, yaitu atma budi, dan manas yang luhur. Dahulu sudah aku jelaskan bahwa orang terkadang teringat pada semua yang sudah lama terlupakan. Itu jelas-jelas (terjadi) pada orang yang terkena hipnosis dan merupakan pertanda bahwa ingatan itu tidak hanya di otak saja, tetapi juga selalu awet adanya berwujud getaran. Adapun jika otak tidak bisa menerima getaran tadi, maksudnya tidak bisa merasa, manusia tentu tidak bisa ingat apa-apa.
Aku sudah mengetahui bahwa cikal bakal yang luhur itu lebih awet dan juga (dapat) mengenali benda yang dipelajari selama menitis menjadi manusia, selalu tercatat di setiap cikal bakal, membawa keadaan yang dipelajari, dan jika otak badan kasar itu tentram (maksudnya baik untuk diajak berpikir) maka adanya getaran tadi ada fungsinya. Jadi manusia (dapat) ingat semua yang sudah lama terlupakan. Ingatan atau pikiran itu adanya pada martabat manusia yang luhur. Tetapi otak manusia ketika masih hidup seperti sekarang tidak bisa menerima. Adapun jika otak itu dihilangkan dayanya melalui hipnosis dan lalu daya itu tersambung pada suara tunda (gema), pasti orang tadi bisa menceritakan semua yang sudah sama sekali terlupakan dengan mata terbuka. Maka jelas-jelas bahwa zat halus itu lebih awet keberadaannya daripada badan kasar. Jadi manusia itu berganti-ganti membuang badan jasmaninya, daya hidup, rasa dan (sesuatu) yang terlupakan, serta bagian-bagian yang sesuai dengan pembagian (fungsi) tadi. Tetapi manas luhur asalnya roh itu selalu memegang rasa yang ada dan karena badan halus itu masih utuh di dalam penitisannya menjadi manusia, jadi manusia akan bisa ingat pada penitisannya terdahulu, jika bisa mempertemukan rohnya dengan otak badan kasarnya.
Mengenali diri Pribadi itu seperti yang sudah dijelaskan di depan, menjadi dasar semua pengetahuan, sebab sesudah aku mengetahui bagian-bagian manusia, kemudian berganti merinci benda yang ada di sekelilingku. Tetapi supaya jangan tercampur, diambil yang umum saja.
Maka cermatilah segala jenis benda yang ada di sekelilingku di dunia ini, semua entah yang kasat mata entah yang halus, jika dicermati jelas-jelas: tidak ada satu(pun) yang dapat terlihat mata (yang) tidak berasal dari adanya getaran terhadap badanku. Supaya jelas, maka sama-sama ambilah sebuah benda seperti: bunga indah warnanya, apakah bunga itu? Itu tidak lain hanya sebuah kumpulan atau campuran keadaan sementara (dari) warna, bau, wujud yang bagus, rasa, kesegaran, bobot, dan lain-lainnya. Kumpulan rasa demikian yang keluar dari benda tadi masuk ke dalam badanku, itu yang disebut bunga.
Pada bab pembagian badan manusia sudah dijelaskan, bahwa satu-satunya rasa itu (adalah) gejala dari getar. Pertama, yang disebut warna itu tidak lain hanya gejala dari getar juga, yang digunakan pada retina (jala-jala) mata, getar itu lalu merambat ke Asabat naik sampai ke otak, lalu terus ke martabat Nur (astrale natuur) lalu terus lagi sampai pada zat batin (mental). Nah, demikian keadaan benda (dapat) terlihat. Jadi jalannya getar terhadap retina dan seterusnya (terhadap Asabat, otak sampai Nur dan terakhir sampai ke zat batin) tadi yang menyebabkan orang (dapat) mengetahui warna-warna. Sebab warna yang kamu lihat itu sebenarnya bukan warna yang terlihat olehku, tetapi getarnya. Sama dengan yang terjadi pada mataku, yang digunakan pada mataku. Hanya daya terjadinya pada mataku tidak sesuai dengan daya yang digunakan oleh mataku. Warna yang terlihat oleh seseorang jadi berbeda dengan warna yang dilihat oleh yang lainnya. Hanya dari kesepakatan orang saja maka sama-sama memberi nama: kamu menyebut ini putih, begitu juga aku. Tetapi itu bukan bukti bahwa apa yang aku rasa sama dengan pikiranmu.
Sekarang sama-sama membuktikan baunya bunga itu gejala getar yang terdapat pada Asabat penciuman (hidung). Adapun ketentuan penggunaanya sama dengan yang sudah dijelaskan tadi. Demikian juga adanya rasa yang dirasa pada lidah adalah getar, yang terdapat pada lidah. Nah, demikian juga keadaan pada rasa yang kamu rasakan pada sekujur tubuhmu dan juga pada benda yang halus-halus.
Adapun orang yang tajam pendengarannya (bukan yang bisa mendengar), bunga itu bisa bercakap-cakap, malah bisa bernyanyi (seperti sinden), sebab itu rupanya (merupakan) gejala dari getar nyanyian (yang demikian sudah dibuktikan oleh Nyonya Wetces yang dapat menumbuhkan pakis dan bunga-bunga yang berharga melalui suara gendhingnya). Semua itu menjadi pertanda bahwa semua yang terdapat di dunia ini (adalah) gejala dari getar yang berkesnambungan kerjanya. Seperti itu juga nasehatnya para nabi dan semua panutanku. Jika kamu sama-sama dapat mendengar nyanyian bunga, maka itu juga gejala (dari) getar yang terdapat dalam badanmu.
Daya penolak benda yang kamu rasa sewaktu kamu (sedang) menandai (sesuatu), itu tidak lain hanya keadaan getar yang tumbuh dari keinginan yang berlawanan. Sebab di dunia ini semua berwatak demikian, jelasnya semua berwatak tarik-menarik dan tolak-menolak. Adapun daya yang demikian itu berbeda pada satu benda dengan yang lainnya agar dapat menghasilkan wujud benda yang berbeda-beda keadaannya. Oleh karena daya penarik lebih kuat daripada daya penolak, (maka) menghasilkan benda yang keras. Semakin sedikit daya penariknya, semakin kurang keras bendanya (jadi empuk). Nah, demikian seterusnya. Jadi ada benda yang cair dan ada yang berwujud gas (angin). Adapun jika daya penarik lebih sedikit dari daya penolak, (maka) menghasilkan zat yang disebut eter. Jadi keras, empuk, cair dan seterusnya (tidak) lain (karena) gejala (dari) daya penarik dan daya penolak.
Adapun bobot bunga yang kamu rasakan itu tidak lain hanya dari penolakmu sendiri terhadap bunga yang akan mendekati pusat bumi. Semua orang dan juga anak-anak juga mengetahui bahwa darah (bagian benda yang lebih halus) berwatak tarik menarik dan bumi menarik semua yang ada di jagat. (seperti) bintang-bintang ketika (terlihat) di bumi, (dan) bumi ketika (terlihat) di bintang. Seperti benda-benda yang ada di permukaan air, rupanya yang berkerlip di dunia selalu terkandung daya untuk berkumpul, seperti orang yang kasih-mengasihi. Daya alam yang demikian disebut daya bobot (singkatnya bobot saja). Rasa lembut (halus) yang kamu rasakan bila memegang benda yang halus, demikian juga rasa kasar atau yang tidak lembut itu tidak lain dari badan keadaan darah pada benda, menurut keadaan keras empuknya tadi sudah dijelaskan bahwa keras empuknya benda tercipta dari daya penarik dan penolak, yaitu pergerakan pada benda yang (bersifat) mendekati dan menjauhi.
Dari pemilah-milahan bunga itu aku jadi tahu bahwa bunga tidak lain hanya kumpulan gejala. Tetapi mungkin ada yang membagi bahwa terciptanya dari zat dan darah yang sama-sama tarik-menarik dan tolak-menolak, lalu berkumpul menjadi seperti wujudnya (bunga). Aku rasa: pemikiran yang demikian sebenarnya keliru, sebab di antara yang menerima keadaannya begitu saja ada yang mengetahui darah (yaitu darah yang dijelaskan oleh ahli ilmu alam), bukan darah yang dijelaskan oleh ahli ilmu kimia, sebab itu masih campuran. Setidaknya kamu sama-sama tahu darah itu, ya hanya tahu warna (dan) rasanya saja. Jika kamu amati dan singkatnya hanya wataknya pada sementara (ini), maka di atas sudah dijelaskan bahwa wataknya itu (adalah) gejala getar, tidak ada lain lagi. Jadi ada pada perkataan (yang) kamu sebut darah tadi, yaitu pada gagasan para ahli ilmu alam. Semua jadi berwujud getar. Orang yang belum pernah membuktikan mengenai hal itu, sudah pasti akan tidak mengerti perkataanku. Tetapi jika dia langsung mengetahui nasehat itu, jika mau berpikir serta berupaya dan membuktikan, cepat lambat tentu akan mengetahui maksud tersembunyi pada perkataanku tadi, yaitu: bahwa jagat ini tidak lain hanya gerak dan getar. Demikian nasehat para sarjana, semua benda adanya dari pikiran.
Aku rasa sudah cukup aku membuat bingung, sebab jika kamu menuruti perkataanku ini, kamu akan tahu sendiri bahwa semua benda itu diatur oleh sebuah hukum. Jika kamu sudah (dapat) menerima adanya gerak, aku akan menyelesaikan penjelasanku. Adapun gerak itu tercipta dari daya dan daya itu dapat dirasa hanya pada diri Pribadi. Lain daripada itu hanya gagasan (dari) pikiran. Hanya adanya rasa pada dirimu Pribadi yang dapat menggerakkan (sesuatu), itu dapat kamu ketahui. Misalnya tanganku bergerak, pikirku bahwa aku yang menggerakkan, jadi bukan keinginannya tanganku sendiri melainkan keinginanku. Nah, demikian gagasan yang nyata pada gerakan (yang disebabkan) oleh daya. Dari gagasan itu, menurutmu kamu sudah mengetahui watak daya yang menghasilkan gerak lainnya, yang menjadi dasar pengetahuanmu sebab kamu langsung berani membuat pertimbangan, yang menjadi keterangan jika aku menjelaskan (ini yang dijadikan teladan). Yang kamu dengar tidak lain hanya omong kosong (dari) kumpulan getar, urat-uratku yang menjadi sarana gerak (untuk) bersuara, serta menghasilkan getar yang langsung masuk ke telingamu (bagian-bagian benda yang tidak lain hanya gerak itu selalu bergetar dan berubah (menjadi) cahaya biru kuning yang terdapat pada retina mata. Jadi (dapat) terasa dan kamu (jadi) mengetahui berbagai macam warna. Omong kosong (jika) akhirnya kamu memiliki pertimbangan bahwa mengetahui orang (yang) bicara jelas-jelas hanya gagasan saja. Gagasan bahwa pasti ada daya yang menyebabkan gerak itu sebenarnya terjadi dari gagasanmu. Jika semua gerakmu itu disebabkan oleh kamu sendiri, ya hanya itu yang kamu harus tahu (ya hanya segitu pengetahuanmu). Karena hanya itu yang kamu tahu, apa sebabnya kamu punya perkiraan bahwa daya, yang menjadi sebab getar yang kamu sebut orang berbicara itu, berbeda-beda dengan daya yang menghasilkan kumpulan gerak yang kamu sebut dian. Tidak ada sebabnya sama sekali. Sebenarnya daya itu sama saja (hanya satu) tetapi terbagi oleh hukum dunia yang berbeda-beda, maka yang dihasilkan menjadi berbeda-beda (periksalah hukum yang ketiga di bawah ini). Adapun perkara itu juga dapat dijelaskan melalui ukuran waktu dan ketinggian terhadap (sesuatu) yang jatuh (ilmu alam), tetapi gagasanku akan semakin gelap pada orang kebanyakan, maka aku cukupkan segini saja keterangannya. Sudah cukup aku jelaskan demikian saja. Gerakan di dunia ini disebabkan oleh sebuah daya, jadi di dunia ini ada dua keadaan, yang pertama daya, yaitu sebab semua gejala di dunia. Yang kedua gerak, yang dihasilkan oleh daya tadi. Adapun daya itu banyak yang menamai Allah, orang Hindu menamai Brahma. Adapun bangsa-bangsa lainnya lain lagi menyebutnya, tetapi perbedaan cara menyebutnya itu tidak menjadi masalah. Yang penting keyakinan kepercayaannya, bahwa satu daya itu yang menghasilkan semuanya (daya itu menjadi bermacam-macam benda yang berlainan tetapi tidak lalu menjadi satu (tunggal)).
Supaya benar-benar jelas, maka sama-sama menjelaskan hukum (bagaimana) terbabarnya semua benda.
I. Hukum yang pertama itu mengenai pergantian atau salin rupa benda. Adapun di dunia ini tidak ada satupun benda yang benar-benar (lurus) jalannya. Semua ada batas kecepatan yang pasti, lalu mundur lagi, kemudian maju lagi lebih jauh daripada yang sudah-sudah (dan) demikian seterusnya (jadi jalannya memutar atau seperti lilitan pohon ubi). Dan juga di dunia ini ada waktu siang malam, itu tidak hanya (terjadi) pada hidup manusia dan hewan saja, tetapi juga pada benda lain-lainnya. Di mana-mana ya diam dan bergerak itu bergantian jalannya. Adapun (dalam) dunia ini juga berlaku hukum yang demikian. Dunia juga (memiliki) waktu (untuk) diam dan waktu (untuk) bergerak. Selama bergerak, asal tunggal yang agung menciptakan jagat dan selama diam jagat ini pulih seperti pada awalnya, yaitu asalnya menjadi serpihan (debu). Jika sudah sampai waktunya penyempurnaan kembali, kemudian menjadi jagat baru seperti yang sudah-sudah. Demikian adanya penciptaan itu selalu berlangsung tanpa awal dan tanpa akhir (langgeng). Tetapi adapun jagat yang tentu seperti dunia ini, yaitu ada awal dan akhirnya, sebab dijadikannya dari jagat terdahulu. Dari awalnya, nantinya juga akan menjadi jagat baru lagi, seterusnya demikian tanpa batas waktu.
Adapun yang disebut jagat yang terdahulu tadi tidak hanya matahari beserta bumi dan bintangnya saja, tetapi semua yang termasuk terbabarnya (openbaring) semua cerita mengenai terciptanya jagat yang ditemukan pada kitab suci. Umumnya hanya ada penciptaan manusia, tetapi jelasnya yang bukan diciptakan. Terkadang tidak dapat dipikir dan juga cerita itu kebanyakan hanya bercerita tentang kejadian jagat, setiap keadaan (mengenai) sebab diciptakannya semua jagat (umum), lumrahnya tidak dijelaskan awal dan akhirnya.
Adapun pergantian penciptaan tadi pada bahasa Hindu disebut siang dan malamnya Brahma, wujud Allah yang maha agung. Ada juga yang menyebut nafasnya (masuk keluarnya nafas) wujud Allah. Keluarnya nafas itu menyebabkan penciptaan, masuknya nafas menyebabkan hancurnya (ciptaan), dan semua (proses) penciptaan (sampai pada) hancurnya disebut kalpa, artinya lingkaran (bundaran). Sebenarnya seperti apa adanya kata (yang) berarti cipta, dan bahasa itu juga sesuai pada dijadikannya semua dunia, sebab dunia itu tidak lain hanya ciptaNya Allah. Perkara ini akan lebih jelas oleh keterangan di bawah ini. Sekarang yang perlu ditentukan terlebih dahulu nilainya, cipta adanya kalpa, yaitu lamanya bergilir (pergantian gerak dan diam).
II. Nah, sekarang (menurut) cipta yang kedua, yang akan aku ingatkan padamu. Penciptaan yang umum itu disebabkan menurut hukum yang disebut wiwartha, artinya sebab itu selama menumbuhkan sebuah kejadian selalu sama dengan dirinya Pribadi. Maksudnya, sebuah kejadian tidak mengubah sebab yang menyebabkan kejadian tadi, itu hukum penciptaan. Jadi berbanding terbalik dengan hukum pergantian rupa. Terciptanya rasa lemas dari hasil perasan itu (merupakan) kelebihan yang nyata, untuk menerangkan mengenai pergantian rupa pada benda, maka (seperti) hasil perasan tidak berwujud (seperti) ampasnya lagi. Adapun supaya jelas keadaan (bagaimana) perginya maka ambilah (dari) perkara ilmu gaib mengenai bara api yang diikat pada kawat kemudian dililitkan dengan cepat. Apa yang terlihat? Yaitu lingkaran (bundaran). Lingkaran itu sejatinya cipta yang dihasilkan oleh bara tadi, meskipun bara itu tidak bergerak. Nah, itu contoh yang nyata untuk menjelaskan maksud (dari) wiwartha, ketentuan terbabarnya jagat.
Sejenis benda ciptaan Allah dan Allah itu keadaannya satu (dengan) semua yang ada, meskipun Allah tidak berubah selalu utuh, sama, dan satu Pribadinya (Akad) pada sejenis benda yang diciptakan. Seperti bara yang selalu utuh pada setiap tempat yang terhalang.
Sekarang umpamakan (yang) terahasiakan itu sebuah benda dan bayangkanlah (ia) berputar pada titik lainnya, jadi menghasilkan dua wujud yang asalnya dari satu bara api, sebab kejadian itu masih sama, meskipun yang tercipta itu dua macam ciptaan yang berbeda urutannya. Jika kamu teruskan bayanganmu tadi, satu bara itu akan memenuhi ujung langit yang tanpa batas luasnya.
Adapun kejadian di jagat itu tidak berbeda dengan dengan yang disebut tadi, meskipun tidak ada satupun contoh yang dapat digunakan untuk dijadikan keterangan.
Di jagat ini tidak ada (yang) lainnya, yang ada hanya Allah, dan adanya itu hanya satu (utuh) memenuhi jagat. Jadi demikian diciptakannya jagat selalu sampai (pada) pembabaran mengenai ilmu kesempurnaan (untuk) mewujudkan Allah yang bersifat tunggal, sebab selalu bersifat sama dengan Pribadinya, meskipun benar kejadiannya (baik bakalnya maupun kejadiannya).
Bahasa Sansekerta wiwartha, yang menjadi nama (bagi) jalannya dunia itu sebenarnya berarti: pola putaran. Kata itu sesuai artinya dengan kata Latin (vortase) rotasi (pengetahuan pada jaman sekarang, ilmu alam) juga menjelaskan bahwa dunia yang terlihat ini dijadikannya dari gerak perputaran, yaitu tumbukan, yang sama-sama tarik-menarik dan tolak-menolak. Nah, demikian juga keterangannya pada bahasa Sansekerta, semua yang ada: wiwartha. Jadi gagasan bangsa Hindu dengan para sarjana jaman sekarang semuanya sesuai, dan orang-orang yang sudah sempurna dapat merinci unsur-unsur yang menghasilkan zat jagat. Hanya melalui penglihatan Nur-nya maka dapat mengetahui semua ketentuan gerak perputaran.
Nah, demikian hukum yang kedua yang menjadi ketentuan terciptanya semua dunia itu. Jagat itu wiwartha, artinya gerak perputaran tetapi asalnya tidak berubah (selalu sama) dan selama perputarannya itu menghasilkan kejadian.
Kemudian mengambil ketentuan terciptanya bintang-bintang dengan cara mengambil pemikiran lain lagi. Nanti kamu akan tahu semua gerak perputaran itu, tidak lain hanya cipta saja yaitu keterkaitan batin. Adapun jelasnya yang akan aku jelaskan, marilah sama-sama menanggapi penjelasan mengenai bagian-bagian benda.
Di atas sudah dijelaskan bahwa dunia ini tidak lain hanya gerak dan bahwa manusia hanya diberikan daya (untuk) sementara (waktu). Adapun keadaan benda lain-lainnya bisa aku ketahui pada wataknya, hanya dengan cara berpikir. Nah, apa itu yang dipikirkan terlebih dahulu, yang menjadi keterangan (mengenai) asal yang tunggal, “apakah daya itu berpikir atau tidak?”, jawabannya tidak ada lagi hanya demikian, karena daya yang ada pada jasadku berpikir (ya hanya ini yang dapat aku ketahui). Jadi tidak dapat aku menyebutkan bahwa daya pada benda-benda lainnya tanpa pikiran. Sebenarnya pada keadaan (orang) yang sudah sempurna dengan yang tunggal itu berpikir. Di bawah ini penjelasan (mengenai) perbedaan bangsa materialisme (materialisme artinya mengakui adanya benih) dan bangsa idealisme (idealisme artinya mengakui adanya cipta saja). Bangsa materialisme menyebutkan bahwa benda (dan) sejenisnya (merupakan) kejadian dari sebuah benih dan benih itu tanpa pikiran. Tetapi gagasan bangsa idealisme, asal tunggal itu (memiliki) pikiran, yaitu Allah, zat Allah.
Adapun orang Hindu tidak akan berselisih paham dengan bangsa materialisme, malah sama-sama akan saling menghargai. Katanya, semua itu baik bagi anda, saudaraku, karena gagasan (itu yang) anda senangi, tetapi apa ada bukti yang menjadi ketentuan gagasan itu? Apa anda sudah berpikir agar mengetahui kesejatiannya? Jika belum, lah, apa saudara yaitu anda sangat bernafsu (untuk) marah-marah pada saya? Sebab gagasan anda itu hanya gagasan murni, tanpa apa-apa yang dapat dijadikan bukti. Meskipun saya juga tidak memiliki bukti yang nyata, (namun saya dapat) memberi petunjuk jalan (memiliki perjalanan). Dapat anda buktikan sendiri yang nyata (dari) gagasan saya tadi jika anda hendak menjalani awalnya (dengan) sabar terhadap gagasan saya.
Nah, kawan yang percaya (terhadap) adanya benih, sesudah dijelaskan (bahwa menurut apa yang dikatakan orang-orang yang sudah sempurna) baiknya sama-sama diajak (untuk) berbagi keselamatan. Sebenarnya banyak benarnya gagasan orang-orang yang sudah sempurna itu, sebab menurut daya yang ada pada diriku Pribadi itu berpikir. Apa sebabnya bahwa daya pada benda-benda lainnya tidak demikian: pemikiran ini menjadi pertanda, bahwa tidak lupa orang mengakui asal (yang) tunggal itu berpikir. Lebih-lebih ada saksinya para sarjana yang menjadi pengukuh gagasan tadi. Oleh karena asal (yang) tunggal itu berpikir, apakah gerak yang dihasilkan itu? Jika bukan (karena) keluarnya keinginannya (pikirnya, ciptanya). Sebab tadi aku berkata bahwa dunia ini tidak lain hanya ciptanya Tuhan. Gagasan itu yang dijadikan pintu pengetahuan pada terciptanya semua jagat. Dari landasan itu aku dapat mengakui bahwa terciptanya jagat itu tumbuh pada nyawa, pikiran, dan ingatan dari Allah, meskipun Allah selalu sama, yaitu yang menjadi aliran kepercayaan Buddha dan para (tokoh) panutan di tanah Hindu. Tetapi terciptanya jagat juga dapat dibuktikan dari hukum lain, seperti: dari hukum suara, gerak yang dihasilkan oleh wujud yang memerintahkan itu berwujud getar yang urut-beruntun. Getar itu (pada) keadaan orang yang sempurna sama-sama berbunyi, seperti suara gendhing. Jadi dunia ini tidak lain hanya keselarasan suara yang keluar dari Allah. Semua dijadikannya dari getar yang berlapis-lapis urut-beruntun, seperti yang sudah aku jelaskan. Mengenai hal itu sudah ditetapkan oleh para sarjana (jaman) sekarang. Jadi jagat itu menurut ajaranya orang kuno (adalah) keselarasan gendhing yang luhur dan siapa yang dapat memisahkan panca inderanya (dari) badannya yang dapat mengetahui gendhing itu.
Di dalam kitab kuno, Nabi Yohanes mengatakan, sabda Allah yang menghasilkan benda dan sejenisnya.
Bahasa, sabda yang agung ya menjadi ciptaan yang agung, ya suara yang menjadi asal mula. Asal mula cipta itu tidak berbeda dengan surga. Lahirnya cipta itu nyata kejadiannya, yaitu dijadikannya semua jagat dari suara.
Jika aku sama-sama mengakui tempat persemayaman (yang ada) di lain tempat, jagat itu dapat tercipta (menjadi) berbagai jenis warna (yang) dikelompokan dengan susunan yang baik. Lebih mengherankan, ada juga warna itu jika dicermati sampai (dengan) fungsi lainnya yang dijelaskan tadi tidak lain hanya getar.
Orang yang sempurna dapat mengetahui warna itu, yang umumnya tidak kasat mata. Jika ada orang menabuh gamelan, pada orang umum yang terdengar (hanya) suaranya saja, tetapi orang-orang yang sempurna juga mengetahui dari gamelan tadi, tahu getaran merah dan ungu. Nah, demikian dijadikannya (getaran yang) terbabarnya (dari) Allah atau getaran suara yang urut dapat dibuktikan dari warnanya, dari terang(nya). Para guru di tanah Hindu ada yang menganut kepercayaan demikian.
Dahulu aku sudah menjelaskan semua hukum dari awal yang menjadi cara pelaksanaan semua penciptaan, sebab yang esa (tunggal) itu seperti yang sudah dijelaskan, selalu sama pada Pribadinya (tidak berubah) meskipun menghasilkan kejadian. Sekarang sedapat-dapatnya aku menjelaskan bagaimana caranya benih yang esa, yang tidak dapat berubah, menghasilkan sejenis ciptaan pada jagat. Singkatnya, aku akan menjelaskan dijadikannya semua (jagat). Aku sudah tahu semua bahwa hanya sebab yang hanya pada awalnya itu kenyataan yang sejati. Adapun sejenisnya yang terlihat hanya ciptaan saja, wayangnya Nur Esa, yang tidak lama serta tetap adanya. Sekarang aku akan menjelaskan perkara, berdasarkan yang aku tahu, bagaimana caranya “yang esa” itu terbabar pada waktu dan ruang, sebab runtutan kejadian itu tidak lain hanya pemilahan benih dari asalnya tadi pada waktu dan ruang. Tetapi sebelum aku mulai menerangkan, aku perlu menjelaskan terlebih dahulu artinya kata waktu dan ruang, yang dahulu tidak mengetahui kata itu bisa menimbulkan salah pengertian.
Menjadikan pengetahuan keberadaanmu, bahwa kata waktu dan ruang itu hanya kata (dari) perkataanku. Kata (tersebut) dalam Bahasa Sansekerta, waktu = kala, berarti pergerakan (yang) dapat menimbulkan (sesuatu). Jadi pada Bahasa Sansekerta, waktu memiliki arti tingkat urutan (bagaimana) caraku menyatakan benda dan ruang. Arah atau tujuan pengamatanku, waktu dan ruang tidak berwujud atau (sesuatu yang) menonjol. Adanya hanya tergantung dari ketentuan pengamatan kita. Waktu itu jaman dahulu, jaman sekarang, dan besok. Artinya waktu berwujud tiga yang digunakan (untuk) menyatakan kejadian. Adapun kata ruang mengandung arti sini, situ, sana, ke sini, ke situ, ke sana. Jadi jelas bahwa ruang itu selalu berubah dan tergantung pada orang yang melihat apa yang sudah dilakukan oleh seseorang, dapat juga “sedang” (menjadi) tempat orang lainnya. Apa yang di sini (menjadi) tempatku, terkadang di sana menjadi tempatmu.
Di bumi, bumi ini di sini. Tetapi tempatnya orang yang ada di jagat lainnya apa tidak disebut di sana. Apa (yang menjadi ) di sini bagi seseorang, menjadi di sana “tempat orang lainnya”. Demikian juga yang berlaku pada waktu. Jika waktu malam aku sama-sama menyebutnya (dengan) matahari sudah tenggelam, matahari sudah hilang. Ketika aku tahu hawanya, lalu lenyap (matahari) yang aku lihat tadi. Tetapi pada orang yang (misalnya berada) di matahari, penglihatannya (terhadap matahari) tidak lenyap, jadi selalu menyebutkan sekarang saja, tidak ada lainnya.
Nah, demikian keadaan sekarang, dahulu, dan besok tidak berbeda dengan keadaan ruang. Bukan benda yang menjadi satu (tetapi berdasarkan pemikiran) ketentuan pengetahuan kita. Sebenarnya di alam ini hanya satu asal yang terlihat, berbeda-beda waktu dan ruang terlihatnya. Supaya (lebih) jelas lagi, maka buatlah lingkaran yang besar (dan) kecil yang menjadi satu (dengan) poros di tengahnya. Misalkan poros (di) tengah itu asal lingkaran atau asal sebuah awal (wujud Tuhan).
Misalnya ada yang bisa menyatu dengan Tuhan, yaitu ciptanya menyatu dengan ciptanya Tuhan bertempat di poros awal tadi. Kata juga mengetahui di se-antero jagat semua. Pada orang tadi tidak ada arah, tidak ada tingkat urutan waktu dan ruang. Semua terlihat jelas, semua, sekarang, dan di sini.
Maka misalkan orang yang sudah sempurna berada di sebuah poros pada lingkaran tadi, misalnya di A. Dari sana dia bisa mengetahui sebagian rancangan dasar hukum dari Tuhan. Jika orang sempurna itu bergeser (dari) tempatnya, misalnya di B dan menghadap ke arah lainnya, (maka ia) mengetahui bagian rancangan dasar hukum lainnya serta (titik) C. Pergantian tempat itu tidak menjadikan ruang yang jelas di dalam pikiran, tetapi juga akan terasa perubahan waktunya. Artinya orang tadi bisa membedakan, bahwa sesudah mengetahui benda secara urut-beruntun kemudian (dapat) mengetahui benda lain.
Demikian orang sempurna bisa mengetahui rancangan di tempat lain lagi orang tadi mengetahui bagian (yang) baru lagi, demikian seterusnya. Misalnya dengan kata lain orang itu sudah mengetahui semuanya apa yang kiranya terlihat.
Tidak ada lagi hanya bundaran di tengah, gambar ciptanya Tuhan. Tetapi Tuhan ada di tengah juga menjadikan (sesuatu secara) seketika. Tanpa berubah (atau) bergeser pada waktu dan ruang, sebab cipta yang mengetahui kumpulan kejadian tadi terlihat terhadap wujud yang ada di tengah, seperti sebuah titik, lingkaran, dan poros tengah yang tunggal, yaitu sebuah cipta tadi dilihat dari ruang (yang) berbeda-beda.
Maka sekarang umpamakanlah ada orang lain yang mengelilingi lingkaran kedua, yang lebih jauh dari poros tengahnya. Itu juga tahu pada poros tengahnya, urutan arahnya berlainan. Sesudah berkeliling sampai selesai juga jelas pengetahuannya terhadap wujud bundaran yang bertempat di tengah-tengah. Misalnya jalannya mengitari dua orang sama cepatnya, jadi yang kedua akan lebih lama tahunya terhadap kumpulan wujud di tengah, sebab lebih panjang jalannya. Tetapi sebenarnya pengetahuannya menjadi satu sebab benda yang dilihat hanya satu dan karena urut-urutan yang terlihat itu terbaca, maka apa yang dipikirkan dua orang itu akan sama, meskipun penglihatannya berjarak denganku, yang sama melihat perputarannya.
Nah, demikian sebabnya orang bermimpi sementara menurut saja. Terkadang mengalami macam-macam perkara yang tidak dapat dilakukan badan kasar kita selama bertahun-tahun. Karena kita jarang bisa berpikir apa yang terjadi pada waktu jika tanpa (ada) kejadian. Bangun tidur kita tadi karena rasa (yang) sudah hidup (selama) berpuluh-puluh tahun.
Adapun misalnya ada orang mengelilingi lingkaran yang ketiga, sudah pasti lebih lama jalannya daripada yang paling dekat dengan titik tengah. Meskipun sesudah bertemu putarannya tidak berbeda (dengan) yang dilihat, yaitu kumpulan cipta di tengah, tetapi wujud orang itu seperti lingkaran yang lebih luas. Jadi bundaran itu seperti yang lainnya tadi, menyatu dengan titik, semua tenggang waktu perputarannya sama jatuhnya.
NO. 2
BUKU TULISAN TUAN VAN DEN BROEK
Adapun banyak sedikitnya yang disampaikan tergantung pada halusnya budi bangsa, tergatung pada watak bangsa yang memiliki pengetahuan tadi, dan tergantung pada daya pencarian pikirannya.
Agar sesuai dengan semua (hal) tadi, maka cara penyampaiannya tadi yang disebut agama, tetapi dasarnya sama saja. Setiap kali mengajarkan bahwa keadaan Allah itu hanya satu yang terbabar menjadi tiga kumpulan atau trimurti, dan mengajarkan bahwa manusia itu keadaannya (ada) tiga rangkap, sama seperti Allah. Seterusnya manusia dapat dibagi lagi. Benihnya tiga rangkap, lalu kenaikannya menjadi tujuh rangkap, serta mengajarkan bahwa manusia itu tidak dapat mati, akan tidak lenyap. Apa lagi mengajarkan bahwa manusia sudah berkali-kali lahir di dunia, akan semakin sempurna dan semakin bertumbuh (daya) pengertiannya. Serta ada manusia yang sudah dapat mencapai kesempurnaan kemudian menjadi guru (bagi) bangsa manusia.
Para manusia yang sudah sempurna tadi, dahulu ya sama saja seperti orang pada umumnya. Sama-sama ringkih serta memiliki dosa dan tidak sempurna seperti manusia (yang) sekarang. Tetapi kemudian semakin naik kesempurnaannya. Adapun manusia jaman sekarang juga dapat (mengalami) kenaikan dan kemudian tumbuh (daya) pengertiannya. Akhirnya menjadi kuat dan dapat mencapai kesempurnaan. Seperti juga saya ini ya dapat mencapai kesempurnaan jika mau, bersama (dengan) para manusia yang sudah sempurna tadi. Lalu mulai mengajar kepada para manusia sesamanya dan kemudian membuat perkumpulan persaudaraan yang sama-sama menjadi guru besar. Sewaktu-waktu para pembesar tadi ada salah satu yang turun mendatangi manusia, supaya dapat menyampaikan agama kepada setiap bangsa. Supaya setiap trah pada satu bangsa (dapat) menerima agama, yang memang adanya digunakan sebagai pertolongan dan ajaran kepada bangsa tadi. Serta banyak para manusia sempurna yang berbeda-beda pangkatnya, yang sama-sama masuk perkumpulan persaudaraan tadi menurut keadaan kenaikan kesempurnaannya. Seperti para pendeta, orang-orang yang lebih tinggi (daya) pengertian kerohaniannya dan lebih tinggi pengetahuan kesempurnaannya atau kebijaksanaannya. Adapun orang-orang yang sudah sama-sama berlebih tadi sampai sekarang sama-sama menuntut banyak (orang) berdosa, memberi teladan bagi pemerintahan, menentukan hukum-hukum yang diberikan kepada pemerintah bangsa. Jadi orang sempurna yang mengajar kepada banyak bangsa dan menjadi para pendeta yang sama-sama menuntun bangsa tadi.
Banyak bangsa pada jaman kuno sama-sama meminta ajaran pada orang sakti, (seperti) para pendeta luhur dan para perwira yang seperti demikina tadi. Serta mencari pengetahuannya (melalui) buku-buku bacaan, melalui rumah yayasan dan sejenisnya, melalui hukum-hukum pranata negara dan lain-lainnya.
Sulit untuk tidak percaya bahwa orang-orang sempurna yang dimuliakan tadi masih sama-sama hidup, sebab dongeng yang sudah umum pada banyak buku dan peninggalan jaman kuno yang sekarang masih ada, sebagian menjadi beban. Semua itu dijadikan saksi banyak buku dan yayasan yang menyediakan (sarana untuk mencapai) kenaikan yang lebih tinggi tadi. Saya kira tidak mungkin (jika hal itu merupakan) pekerjaan orang yang masih rendah tataran kenaikannya. Tidak terkira jasa para penuntun kerohanian yang luhur. Jika saya menggunakan kesaksian (dari) buku-buku dan peninggalan (kuno) tadi, supaya tidak mengucapkan kesaksian lainnya yang (dapat) ditolak orang yang belum tahu.
Nantinya keadaan nalar yang menjadi sebab banyaknya kesamaan pada ajaran agama, karena asalnya semua ajaran tadi aslinya (adalah) satu. Sama-sama (berasal) dari perkumpulan persaudaraan para manusia sempurna yang sama-sama sampai di puncak sendirian.
Di tanah Yunani, banyak ajaran tadi semula dinamakan theosofi, artinya tidak lain yaitu kebijaksanaan para dewa. Orang Yunani tidak hanya menjadikan kebijaksanaan tadi menjadi agama, tetapi juga menjadi ilmu kesempurnaan dan pengetahuan kepintaran (filsafat), serta karena kebijaksanaan tadi yang menjadi dasar banyak agama. Sebab theosofi tidak dapat dijadikan (sebagai) lawannya agama, malah yang memurnikan agama, (yang) membabarkan nilai ajaran baku yang sudah berganti wujud menjadi (seperti) yang terlihat dari pekerjaan orang bodoh yang keras kepala dan tumbuh (dari hasil kepercayaan terhadap) takhayul. Serta theosofi yang mengarahkan hamba (kepada) kebijaksanaan yang terpilih di dalam ajaran agama melalui muatan kebijaksanaan yang terkandung dalam ajaran tadi dan yang mengayomi setiap orang.
Orang yang masuk (menjadi) warga theosofi tidak usah meninggalkan agamanya. Jika yang masuk menjadi warga tadi bangsa Kristen, ya bangsa Kristen. Jika bangsa Hindu ya tetap Hindu. Jika bangsa Islam ya tetap Islam. Sebab yang masuk menjadi warga tadi hanya akan diberikan pengertian yang termasuk di dalam agamanya sendiri dan mendapat keyakinan yang sentosa pada kesejatian agamanya, mendapat pengetahuan yang luas mengenai ajaran yang tersembunyi (rahasia).
Pada jaman dahulu theosofi yang mengadakan agama, sekarang yang mengadili dan mengayomi agama di depan pengadilan dan yang mengusulkan kembali perkumpulan serta sumpah setia manusia kepada Allah.
Ya harus diingatkan bahwa daya jiwa manusia itu tidak dirancang untuk mengetahui yang gaib-gaib. Supaya (dapat) digunakan (untuk) meninggikan manusia ketika mengetahui yang gaib-gaib tadi. Itu seharusnya hanya (digunakan) untuk mencari keselamatan (bagi) orang. Apa yang diterima orang itu sedapatnya (menjadi) penolong dan diteruskan kepada orang lain.
NO. 3
MENGENAI KEBERADAAN ALLAH
Theosofi menjelaskan keberadaan Allah dan hal mengenai hubungan manusia sendiri dengan Allah, mengajarkan bahwa keadaan Allah itu hanya satu yaitu nyawa semua yang bersifat hidup, mengajarkan bahwa hidup Tuhan hanya satu, pekerjaan Tuhan itu satu. Ada satu kekuatan yang memenuhi alam semesta. (Theosofi) mengajarkan bahwa di manapun tempat yang dapat ditelusuri manusia, di situ juga Allah hidup. Hidup Allah itu berada di tempat di mana hewan merasakan (sesuatu) atau di hati sanubari manusia. Begitu juga pada benda-benda mati dan tumbuhan, di situ juga hidup Tuhan membantu (untuk) mengupayakan dan mengembangbiakkan semuanya. Singkatnya, di dunia dan seisinya tidak ada hidup selain hidup-Nya Allah.
MENGENAI RASA TUNGGAL
Keadaan satu itu menjadi dasar semua yang diketahui manusia, oleh sebab itu theosofi mengajarkan dasarnya segala penciptaan itu hanya satu, mengajarkan hukum-hukum mengenai penyatuan keadaan, mengenai satu keadaan yang melingkupi di manapun. Penyatuan itu tumbuhnya dari Allah, yaitu asalnya semua rasa, tempat kenaikan rasa di dalam manusia dan munculnya budinya. Semua itu benihnya pada Allah.
Semua rasa yang semakin halus kemudian menjadi kebanggaan atau gagasan batin, tumbuhnya dari satu asal atau dari satu benih. Semua rasa itu hanya satu. Rasa tunggal tadi tidak dapat dipisahkan dari yang lainnya, serta tidak dapat semua manusia terpisah-pisah seperti memiliki pendirian sendiri-sendiri, manusia itu asalnya menyatu pada satu pusat. Adapun manusia sama-sama memiliki rasa itu (yang) asalnya dari satu hidup. Semua manusia itu terlingkupi (oleh) keberadaan Allah. Penyatuan rasa tadi adanya (berdasarkan) hukum-hukum penyatuan yang yang memerintah semesta.
MENGENAI KEKUATAN ATAU DAYA TUNGGAL
Tidak (bermaksud) mengatakan (bahwa) semua rasa itu satu, tetapi semua kekuatan juga hanya satu. Satu-satunya kekuatan itu tumbuh dari satu asal. Mengenai hal itu (maka) pengetahuan (mengenai) kasunyatan (realitas) sesuai dengan theosofi. Di dunia ini hanya ada satu daya besar. Semua wujud daya dan kekuatan yang sama-sama saya ketahui itu dasarnya satu. Daya dapat bertukar menjadi kekuatan, kekuatan dapat bertukar menjadi daya. Semua wujud daya yang dipelajari para pencari kepintaran dan semua kekuatan yang terlihat di sekeliling kita. Meskipun pada keadaan alam bangsa benda mati dan juga sejenisnya yang terlihat dan (yang) sejiwa, atau yang ada pada alam tumbuhan, meskipun ada pada hewan atau pada manusia. Semua kekuatan tadi dasarnya satu, hanya terbabarnya dan cara dijadikannya yang berbeda-beda. Jika diamati dengan teliti, kenyataan semua tadi hanya satu.
MENGENAI BANGSA BADAN KASAR YANG HANYA SATU
Adapun yang disebut bangsa badan kasar atau jasmani itu maksudnya sejenis wujud yang dapat diraba dan dilihat melalui panca indera, seperti tanah, air, api, debu (dan) sejenisnya. Semua itu jika dalam Bahasa Belanda disebut stof. Adapun stof atau bangsa badan kasar tadi, meskipun berbeda-beda wujudnya, tetapi keadaannya juga hanya satu, yaitu benih (bakal) yang digunakan (untuk) membuat sejenis unsur. Semua benda yang terlihat di sekeliling kita seperti bangsa padat, bangsa cair, bangsa asap dan udara. Semua itu dasarnya satu, tetapi berbeda-beda pembagian bagiannya. Di alam dunia ini keadaannya hanya satu-satu, rasa satu, hidup satu, jasmani satu. Ya tiga-tiganya menyatu itu (adalah) terabarnya keadaan Tuhan. Semua itu asalnya dari satu hidup, yaitu hidupnya Allah.
NO. 4
MENGENAI PERSAUDARAAN
Karena badan jasmani tadi hanya satu, kekuatan hanya satu, dan rasa hanya satu, maka sejenisnya yang bersifat hidup itu menjadi satu persaudaraan. Semua tadi dibuat dari satu benih (yang) sama-sama ditempati satu kekuatan. Semua rasa yang menyatu sama-sama maju atau (mengalami) kenaikan.
Di alam semesta ini (semua) menjadi satu persaudaraan besar (yaitu) ciptaan (dan) sejenisnya yang ama-sama berbeda tingkatannya. Tetapi semua itu sama-sama terkait menjadi satu karena (keadaan) jasmaninya, kekuatannya, dan rasanya yang menyatu karena pengertian satu persaudaraan itu juga mendasari satu dasar yang melingkupi apapun. Adapun theosofi mengajarkan bahwa manusia itu menjadi sebagian (dari) hidup yang menyatu, tidak dapat iti terhadap orang lain.
Manusia itu pergi menjadi segolongan angkasa, berpisahnya semua pergi menjadi segolongan yang sama tingkatannya. Harus sama niatnya kepada semua yang diarah(kan). Adapun keadaan hatiku masih iri dan (penuh) permusuhan, yang sebenarnya memang harus saling menolong terhadap sesama. Itu terjadi akibat tidak mengetahui tingkatan keberadaan Allah dan keberadaan manusia.
MENGENAI PERSAUDARAAN BERDASARKAN BADAN JASMANI
Setiap orang mengeluarkan sebagian kecil dari badannya dan menerima sebagian kecil di dalam badannya yang dikeluarkan oleh orang lain. Adapun perjalanannya yang demikian tadi sewaktu ada orang yang sedang sama-sama duduk-duduk, di sana tidak berhenti (untuk) sama-sama bertukar jasmani (stof deeltjes) yang sangat kecil. Kemudian yang demikian itu menghasilkan persaudaraan di antara (yang) dibawa dari jasmaninya. Sebab manusia sama-sama menukarkan sebagian kecil dari jasadnya, karena mau tidak mau kita sama-sama menjadi saudara menurut keadaan badan.
Maka dari itu kita sama-sama tidak berhenti saling membantu tanpa diniatkan, meskipun membantu (yang) buruk atau baik. Orang (yang) sehat (selalu) menyebarkan kesehatannya di manapun tempat yang (ia) dekati, orang (yang) sakit menularkan penyakitnya di mana saja (tempat) yang (ia) datangi.
Pergantian dan meningkatnya jasmani tadi yang menghubungkan kita, yang menjadikan sebab bahwa keselamatan badan sesama kita manusia itu perlu untuk kita.
MENGENAI PERSAUDARAAN PADA RASA HATI
Tetapi tidak hanya persaudaraan pada badan saja yang menghubungkan kita, juga masih ada persaudaraan pada batas rasa hati dan rasa tubuh. Semua manusia sama-sama saling membantu pada batas rasa hati dan rasa tubuh. Apa yan terasa pada seseorang juga terasa pada (orang) lain. Udara dipenuhi getar udara (ether) yang terjadi dari inti hawa nafsu manusia. Oleh karena itu manusia sama-sama saling membantu karena sama-sama tidak merasa.
Jika (misalnya) di (sebuah) tempat duduk ada orang yang buruk wataknya, hawa buruk tadi menyebar kepada yang lain. Demikian juga jika di dalam rumah ada orang yang pemarah, maka menyebabkan kegelisahan yang sangat kepada semua yang berada di sana.
Ada yang (ketika) sedang bersama dengan seseorang terasa tentram dan teduh hatinya, kemudian menjadi mudah jalannya. Sementara ada yang terharu (terhadap) orang lain lalu terasa risau hatinya, serta semua yang pikirannya (sedang) repot atau susah. Adapun yang menyebabkan (perasaan yang) demikian itu karena rasa hati. Sebab terjadi demikian karena manusia (pada) dasarnya memiliki badan kasar atau jasmani, juga memiliki badan rohani, yaitu badan yang tercipta dari jasad, yang halus, yang sangat terasa oleh getar yang halus.
MENGENAI PERSAUDARAAN PADA PIKIRAN
Ada lagi bentuk persaudaraan lainnya, yaitu pada batas pikiran. Jika orang berpikir, pikiran tadi mengupayakan ingatan orang lain di kiri kanannya. Badan manusia yang lebih halus, yang menggetarkan badan orang lain yang sama halusnya. Sering ada orang yang bicara apa saja kemudian ditanggapi (oleh) orang lain. Aku mendukung gagasan itu, adapun yang demikian itu takdir jalannya pikiran tadi.
NO. 5
MENGENAI AJARAN THEOSOFI
Kata theosofi itu aslinya dari bahasa Yunani. Theos, Tuhan dan shopia, kebijaksanaan. Jadi arti theosofi (adalah) kebijaksanaan Tuhan, harapan kebijaksanaan para dewa, para nabi dan sejenisnya yang sama-sama berwujud dewa, pada Bahasa Sansekerta disebut brama widya.
Nama theosofi dikenal pada tahun 300, terhitung dari lahirnya Nabi Isa. Adapun yang memprakarsai (untuk) menggunakan nama tadi (adalah) seorang guru Amoniyus beserta para muridnya yang disebut neoplatonisme.
Theosofi itu agama kebijaksanaan yang sudah kuno, (berupa) ajaran (yang) hanya untuk orang-orang yang memiliki kelebihan, yang sudah tahu setiap negara pada masa kuno, yang orang-orangnya sudah bisa (mengerti) ilmu kejiwaan yang sempurna, yaitu asalnya semua agama.
Theosofi dapat dianggap (sebagai) agama yang menjalankan kebenaran, agama yang menjalankan kasunyatan, agama yang tidak mengarahkan manusia supaya mengharap-harap kemuliaan hidup di masa mendatang di suatu tempat, tetapi menjadi dapat dibuktikan (bahwa apa yang ada) di dalam badan ini (dengan yang ada di) bumi ini, melalui bau yang jalannya melalui perpindahan ingatan (yang) berlapis-lapis dari alam yang satu ke alam lainnya sampai di alam para guru besar.
Adapun maksud theosofi itu mendengarkan semua agama dan berbagai semua jenis bangsa dengan menggunakan patokan ajaran kesusilaan yang sama (dengan) hukum kesejatian yang abadi. Theosofi bermaksud mengajarkan bahwa semua agama itu (merupakan) serapan dari pengetahuan para manusia atau yang segolongan (atau) bermitra, yang sekarang masih sama-sama menjadi juru penuntun manusia.
MENGENAI ADANYA HUKUM AJARAN BESAR
Para theosuf sama-sama menyebutkan bahwa ada patokan ajaran yang luas dan patokan pengetahuan kesempurnaan, cerdas, dan meruang yang menjadi hukum (bagi) semua dan memuat semua yang dinyatakan pada ilmu kesempurnaan, kasunyatan terhadap agama pada jaman kuno sampai sekarang.
Sejujurnya ajaran tadi banyak persamaannya terhadap ilmu kesempurnaan dan terhadap kasunyatan daripada terhadap agama, sebab ajaran (agama) bermakna supaya orang mengakui dengan menggunakan ancaman hukuman neraka atau (yang) lainnya kepada siapapun yang tidak mau mengakui, seperti itulah yang berlaku pada agama (dan) sejenisnya.
Benar (bahwa) patokan ajaran tadi dapat diangap (sebagai) agama, yang disebut agama itu artinya dipagari dalam hidup oleh cipta yang mulia. Tetapi ajarannya tetap dapat dibuktikan, tidak hanya menguasai. Jika orang tidak terlalu percaya atau memungkiri agama, maka disebut menyerongi kecucian. Beberapa orang yang mencari tidak akan tidak percaya bahwa pada waktu terdahulu ada patokan ajaran yang luhur, yang turun-temurun sampai sekarang.
Harapan Nabi Isa terhadap sahabatnya demkian: kamu itu sudah sama-sama diberi tahu mengenai rahasia kerajaan Allah, maka semua orang yang berada di luar pagar harus dibuatkan perumpamaan (tulisan Markus 4 ayat 11).
Maksud Nabi Isa berkata demikian (yaitu) memberi nasehat bahwa manusia itu sama-sama berhak mengetahui rahasia terciptanya jagat (kerajaan Allah) jika mau menggunakan dan mencari rahasia tadi. Tetapi orang kebanyakan yang masih belum kokoh budinya, maka cara pemberian pengetahuannya menggunakan perumpamaan supaya sama-sama mengetahui Allah dan kehendak-Nya.
Theosofi yang dapat memenuhi kebijaksanaan bila dipakai (sebagai) ukuran patokan ajaran yang luhur tadi. Umumnya theosofi memiliki nilai yang lebih (luhur) tadi dengan cara ditambah (dari) apa yang didapat (dari hasil) pengamatan orang-orang yang sempurna dan para bijaksana. Pembuktian dari banyak pertanda yang tidak dapat diadu. Adapun kebijaksanaan tadi sekarang dan pada jaman kuno terdapat pada perkumpulan persaudaraan yang (sampai) sekarang warganya masih sehat, yaitu yang disebut para adept, para adat, para nabi, dan para mahatma, yang tingkatan rohnya sudah berada di tataran yang luhur, mengungguli orang kebanyakan. Adapun sebenarnya yang demikian tadi dapat dibuktikan.
MENGENAI ADANYA ASAL MULA YANG ABADI
Theosofi menjelaskan keadaan dasar asal-muasal yang abadi, yang hanya diketahui dari sabda (penciptaan) dan tujuannya. Tidak ada kata yang dapat menceritakan (mengenai) asal mula tadi, sebab kata tadi hanya dibuat (untuk) membeda-bedakan. Yang menjadi asal-muasal itu (adalah) semua keadaan. Saya meminta penjelasan yang disebut asal-muasal tadi, yaitu yang maha nyata, yang tanpa akhir, yang tidak dapat tidak dipercaya. Tetapi kata itu tidak memiliki arti yang nyata. Orang bijaksana menyebut sat, artinya ada, itu sama sekali tidak berwujud atau bukan (suatu) keadaan. Hanya jika sudah mulai terbabar tadi menandakan yang tidak terbabar. Adapun yang terbabar itu tidak abadi, dapat sirna, karena harus ada yang tetap abadi.
Adapun adanya yang abadi itu harus diakui, sebab jika tidak demikian dari mana munculnya keadaan di alam dunia ini. Sebenarnya semua itu memuat zat, yang berguna (sebagai) isi benih semua (yang) diciptakan dan isi semua daya atau kekuatan.
Menurut ajaran theosofi, se-alam semesta ini (merupakan) terbabarnya sat yang utama. Peribahasa orang tanah Hindu demikian: ada waktunya bekerja dan waktunya berhenti, waktunya tercipta dan waktunya mati, waktu keluar dan masuknya nafas besar, seemua itu tetap silih berganti.
MENGENAI PENINGKATAN ATAU KEMAJUAN
Hanya theosofi sendiri yang dapat mengatakan dari mana asalnya manusia, apa perlunya hidup dan ke mana tujuannya. Theosofi mengajarkan kepada kita supaya mengenali hati (kita) sendiri, yaitu yang dapat menghilangkan semua pamrih kepada kecukupan (diri) sendiri. Memberitahukan seberapa besar (rasa) kecewa manusia pada ingatannya, (apa yag) dibicarakanya, dan pekerjaannya serta mengingatkan di dalam hati (mengenai) pengertiannya terhadap kewajiban yang benar.
Theosofi tidak menghalangi orang yang mencari dan (ingin) bertanya. Adapun jika sepi jawaban, itu sudah terpikir akan tidak mau memberi jawaban. Tetapi karena saya belum dapat mengerti jawabannya, maka mungkin (saya) akan salah menjawabnya.
Orang-orang yang sudah mendapat keterangan sendiri, mendahului para saudaranya, itu tidak (dapat) dicegah. Sebab caranya mendapatkan keterangan tadi dari (hasil) keinginannya mencari, dari caranya (yang) mau menempuh banyak kesusahan. Siapa yang kuat memanjat sampai ke puncak, (maka) tidak ada orang yang dapat memaksakan (untuk) turun lagi. Jadi kenaikan atau kemajuan itu (yang) menentukan kehidupan.
Ada banyak jiwa Manusia Sejati atau jiwa yang cepat kemajuanya, yaitu orang-orang yang senang berbuat kebaikan, (yaitu) para guru dan para guru besar.
Semua manusia sama haknya, sama-sama dapat mencari kenaikan, serta harus memastikan ingatan dan pekerjaannya sendiri. Adapun theosofi yang mengarahkan kesempurnaan serta menyediakan jalan supaya dapat dijalani (para) pencari tadi.
Ajaran theosofi banyak yang berseberangan dengan pengetahuan agama pada jaman sekarang. Tetapi theosofi tidak bermaksud menghilangkan agama. Sebenarnya tidak ada orang yang disuruh (untuk) membuang yang lama sebelum mengamati yang baru serta menagih (yang) lebih baik.
Oleh karena theosofi mengandung kumpulan kehidupan manusia (yang) menjalani (hidup) dengan menggunakan patokan ilmu kesempurnaan dan kasunyatan, sebab dari luasnya teosofi tadi menunggu orang yang bersedia mengerjakan. Hanya dapat menceritakan terbabarnya (sesuatu) yang ada di dalam (diri) sendiri. Adapun yang diajarkan theosofi seperti yang ada di bawah ini:
1. Mengenai terbabarnya jagat.
2. Mengenai manusia dan benihnya.
3. Mengenai kewajiban yang harus dijalankan manusia.
MENGENAI TERCIPTANYA JAGAT
Gagasan theosofi (mengenai) terbabarnya jagat itu dari masuk keluarnya nafas hidup (yang) abadi.
Semua kodrat itu dijelaskan (bahwa) ada gerak yang tetap. Jika saya meneliti sejenis kerlip yang wujudnya rendah, bertambah rendah sampai pada hewan kecil-kecil yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop. Jika hewan tadi saya teliti, di situ akan dapat diketahui gerak masuk keluarnya nafas yang tetap, yang menjadi bagian wujud yang rendah tadi. Di alam dunia ini orang dapat meneliti gerak yang tetap di mana-mana, tempat orang (dapat) mengetahui gerak (tersebut) bergeser, menjadi rendah, melebar atau mengerut, pasang dan surut. Nantinya theosofi mengajarkan bahwa detak jantung yang tetap, yang bergetar pada bagian yang kecil-kecil itu juga berdetak di jagat dunia (yang) berkumpul jadi satu.
Semua yang bersifat hidup tadi tidak dapat disebut hidup besar yang abadi, sebab satu-satunya hidup itu hanya pembabaran hidup abadi (itu sendiri). Hidup abadi yaitu keutuhan semuanya dan juga hidup tadi tidak dapat disebut budi, sebab budi itu hanya (sesuatu yang) sejajar (dengan) hidup. Maka hidup abadi adalah semua wujud (hidup).
Orang hanya dapat merahasiakan keadaannya yang tidak dapat dijajaki tadi, serta hanya harus ditaklukkan di dalam batin, sebab siapa yang bermaksud menjelaskan hal itu (adalah) contoh (yang) baik (sebab) tanpa pamrih.
Jadi adanya hidup abadi salah satunya terbabarkan menjadi hidup kita, itu yang menumbuhkan jagat.
Ada tujuh jajaran keadaan, yang (berada paling) di dalam berjenis roh suci, di dalam berjenis jasmani yang bersih. Adapun semua jenis dan wujud yang ditempati hidup itu sama-sama bertingkat-tingkat di antara roh dengan jasmani tadi, satu-satunya badan yang menempati bentuknya dalam hidup.
Di semua kodrat yang terbabar ini ada bilangan yang (jumlahnya) tujuh-tujuh, seperti warna cahaya ada tujuh, laras (nada) gamelan ada tujuh, dan lain-lainnya.
MENGENAI ALAM KODRAT
Jika orang sudah (ditakdirkan) mengerti jajaran ingatan seperti demikian tadi, sebenarnya akan semakin bertambah jelas pengetahuanya terhadap keadaan penciptaan mengenai sejenis wujud yang sama-sama hidup di alamnya sendiri-sendiri, yang bertemu pada jagat. Demikian juga (orang) akan dapat belajar (untuk) mengetahui keadaan yang berbeda dengan keadaan di dunia ini dan akan dapat mencipta. Bahwa satu-satunya tataran keadaan itu memang berada pada sekeliling bentuknya, serta satu-satunya (yang) mewujud. (Hal) itu sama-sama memiliki rasa yang baik pada keadaan yang ditempati. Apa lagi kita akan mengerti bahwa ada (yang) berwujud lain-lain, yang sama-sama hidup di alam lain (dari) alam dunia ini. Seperti manusia yang sama-sama hidup di dunia ini dan lagi orang akan (menjadi) jelas pengetahuannya. Apa sebabnya bangsa halus yang lebih dari manusia tadi datang, ya tidak jarang keadaannya. Karena pada bangsa halus tadi semua itu sama-sama nyata seperti pada hidup kita, tetapi ada di alam lain, serta sudah berpindah sampai di tataran lain.
Jadi jagat itu dapat disebut (sebagai) sebuah hidup besar yang berlapis-lapis pada tujuh tingkatan tataran.
MENGENAI CALON ATAU ASAL MULA MANUSIA
Manusia itu (adalah) gambaran jagat yang diperkecil. Jadi senyatanya (adalah) wujud yang makin meningkat kesempurnaannya, (hal) itu dijelaskan ada di dalam rahim (ibunya) sendiri. Manusia tadi juga seperti jagat, sama-sama memiliki tujuh lapisan, satu-satunya calon atau asal mula jagat.
Asal (bakal) manusia yang ketujuh (adalah) yang paling luhur, dapat diumpamakan (sebagai) percikan cahaya roh, yaitu hidup jagat yang nyata, yang berada pada manusia. Misalnya hidup roh yang agung tadi (adalah) api, (maka) percikan api tadi yang membara di dalam manusia, yaitu detakannya hidup abadi.
Roh manusia itu (adalah) kendaraan roh yang agung tadi dan berkaitan dengan percikan api yang abadi dan dengan budi luhur yang ada pada manusia, berkumpul menjadi trimurti, (menjadi) Manusia Sejati yang abadi (dan) tidak dapat mati.
Adapun tempatnya Manusia Sejati ada pada badan jasmani atau hewani, (hal) itu (merupakan) babaran dari asal (yang) empat rangkap. (Ter-)kumpulnya badan hewani dengan Manusia Sejati yaitu (yang merupakan peristiwa) dijadikannya manusia.
Adapun hidup manusia di bumi ini keperluannya tidak lain supaya mengarah (pada) kenaikan kesempurnaannya dan mengetahui tiga asal mula yang disebut manas luhur atau timurti. Adapun asal mula (atau bakal) yang keempat yaitu manas rendah, yang tergolong kepada bumi, harus dikalahkan serta dikuasai. Jadi kenaikan kesempurnan manusia itu tergantung pada orangnya sendiri.
Jika manusia dapat berpindah dari alam yang ditempati ke (tingkat yang) buruk (pada) tingkat kelima, yatu tempatnya roh bekerja di dalam wadahnya sendiri dan hidup menggunakan hidupnya sendiri, benar bahwa apa yang di bumi ini disebut halus, di situ disebut badan kasar. Sebab badan kasar atau kasarnya di situ tidak sama dengan kasarnya di sini, serta apa yang dapat dilihat dan didengar oleh telinga badan kasar.
Jika manusia sudah membuktikan keadaan di dalam wadah ingatan serta roh sekali saja, meskipun sangat berbeda dengan apa yang sudah diketahui di dalam wadah hidup (yang menjadi) pertemuan di bumi ini. Benar (bahwa) bakal manusia senyatanya akan terbuka. Bakal tadi terlihat lebih mulia daripada dengan yang sudah disebut pada nyanyian para pengarang, dan lebih luhur daripada yang sudah diketahui para nabi.
Jika manusia sudah dapat menjelekkan dirinya Pribadi sesungguhnya menjadi raja (pada) alam seisinya (ini), sama dengan Tuhan yang ada di surga.
MENGENAI PENJELMAAN KEMBALI MENJADI MANUSIA
Orang tidak dapat mencapai kesempurnaan hanya dalam sekali (mengalami) kehidupan di dunia, tidak mungkin kesempurnaan dapat dicapai (dalam) seumur hidup seseorang. Agar dapat sempurna harus beberapa kali mengalami penciptaan. Adapun hidupnya di bumi tidak sedang sekali ini (saja), tetapi sudah tidak berkaitan (dengan) lamanya mencari kasunyatan ketika (pada) hidupnya terdahulu. Adapun kemampuan yang sudah dimiliki dan kelebihan yang sudah dimiliki, apa lagi daya yang sudah menjadi kesenangannya, itu dapat diumpamakan (sebagai) boyongan hadiah yang didapat dari kemenangan perang. Semua itu dapat (digunakan) untuk menyirikan seperti apa perjalanannya waktu dulu. Jadi tidak hanya sekali ini hidup di dunia, tetapi sudah berkali-kali, setiap kali diciptakan mencari pengetahuan lagi. Misalnya seperti dalam buku, perjalanan di (dalam) hidupya tadi seperti menulis cerita dalam buku tadi, yang akhirnya akan dapat membaca sendiri.
MENGENAI KARMA
Yang demikian jika manusia dilahirkan kembali, setuju dengan yang sudah dijalani, yaitu takdir perjalanannya sendiri. Jadi kita sendiri yang membangun keadaan kita sekarang ini.
Adapun hukum (yang) demikian tadi disebut hukum yang (terjadi) berulang kali yang mempertemukan kehidupan setiap manusia dengan apa yang didapat sewaktu (dalam) kehidupannya terdahulu. Setiap manusia dilahirkan kembali, seperti keadaannya yang sudah disediakan sendiri.
MENGENAI PENGORBANAN
Setiap manusia sama-sama memiliki kewajiban (yaitu) harus tolong-menolong supaya sampai pada kesempurnaan. Tidak ada orang yang dapat muncul sendiri, demikian juga kemunduran seseorang, (hal) itu membuat kemunduran (bagi) yang masih ketinggalan. Tidak ada orang (yang) dapat benar-benar bahagia jika masih ada seseorang yang mendapat sengsara. Tidak ada orang (yang) bisa mendapat keselamatan dari pengarahannya sendiri, jika saudaranya sesama manusia tidak ikut mendapat keselamatan tadi, sebab tugas kita yaitu menyelesaikan kewajiban semua orang mengenai semua kebutuhan(nya), serta oleh karena dari melakukan dan menjalankan kewajiban tadi, benar (bahwa) kita akan bersama-sama bersatu dengan hidup yang luhur.
MENGENAI PERSAUDARAAN
Kita harus selalu mengingatkan bahwa kita ini menjadi segolongan persaudaraan. Kita harus sudah mengenali badan sendiri. Apa yang (sudah) diterima dijadikan kelesamatan (bagi yang) lainnya, supaya saudara kita sesama manusia (dapat) ikut merasakan kehidupan (yang) sama dengan kita. Kita harus menggunakan pengetahuan kita untuk mengajarkan (kepada) yang sama-sama belum mengerti.
Haruslah (kita) suka (terhadap) pengajaran yang baik, untuk menolong orang yang masih kekurangan pengajaran, supaya para saudara kita dapat bertambah kesempurnaannya, supaya dapat sama-sama dengan kita. Bahwa semua ini sudah dijalankan, ini akan sampai pada waktu(nya) jika kita menandai dasar kehidupan baru dan jika kita masuk di alam (yang) baru, adanya semua ini dijalankan bersama-sama.
MENGENAI PARA GURU
Orang-orang yang sudah sempurna yang berada di depan harus menunggu yang masih ketinggalan, serta apa tidak sudah jelas-jelas bahwa orang-orang yang sudah sempurna yang berada di depan harus menjalani banyak kesusahan (dalam) mengajarkan (orang) yang masih ketinggalan, supaya dapat cepat bertambah sempurnanya dengan para saudara(nya) tadi segera masuk ke (dalam) kehidupan (yang) baru, yang dijadikan benih bagi manusia sesudah kehidupannya (yang) sekarang ini.
Pada akhirnya kita akan sama-sama memanjat tangga manusia yang kakinya berada pada detakan hidup hewani. Adapun anak tangga yang paling tinggi hilang di dalam cahaya hidup abadi. Sekarang kita sudah sama-sama sampai di anak tangga tadi, tetapi sama-sama tidak dapat terus memanjat, jika kita tidak dapat membawa saudara kita serta menggunakan daya kekuatan kita untuk menolong penderitaannya, dan (untuk) menyentosakan keadaan saudara kita tadi.
MENGENAI THEOSOFI
Menurut yang disebut di atas tadi, seperti apa cepatnya cara menjalankan hukum yang besar ini, meskipun pernyataan (tersebut) harus membuktikan bahwa theosofi itu mengandung ajaran yang lebih banyak, sebab yang sama-sama belajar sangat disesuaikan dengan kemampuannya (antara) kesusahan dengan kemampuannya.
Theosofi tidak hanya mengemukakan gama saja,pengetahuan kesempurnaan saja, atau kasunyatan saja, tetapi sekaligus ketiga-tiganya itu dikumpulkan menjadi theosofi.
Tidak ada agama yang sebenarnya, jika tidak diuji melalui pengamatan kasunyatan dan kesempurnaan dan tidak dapat menyediakan jalan yang benar, yang mengantarkan manusia kepada kemuliaan yang luhur.
Sampai sekarang cara orang mendapat agama itu sudah (secara) turun-temurun (didapat) dari orang lain, misalnya seperti caranya menerima tadi setiap (kali) hanya dari mendengarkan perkataan orang (yang) dapat mencari kesaktian (yang) nyata yang dijelaskan oleh agama.
Orang bisa mendapat theosofi atau agama kebijaksanaan dari asalnya, karena yang sama-sama memerintah (adalah) para pendahulu. Makudnya begini, kebenaran theosofi itu dapat teruji dari pengamatan yang sama-sama memegang perintah sendiri.
Adapun bisa didapat orang kebenaran yang diajarkan oleh agama itu jika sudah mati. Kebenaran yang diceritakan oleh theosofi bisa didapat orang di dalam hidupnya (sekarang) ini, silahkan jika ingin ikut serta membuktikan.
Sebanyak-banyaknya (hal yang ada dalam) theosofi itu lebih luhur daripada agama, sebab agama menggantungkan (hal) yang belum tentu. Belum pernah ada orang yang sudah mengetahui dan menjelaskan yang digantungkan (oleh) agama. Adapun theosofi seperti pada umumnya pengetahuan yang nyata, misalnya keluar pembicaraan demikian: jika anda ingin dapat mengetahui apapun dari saya persilahkan jika anda mau merasakan.
Ajaran theosofi dekat dengan kasunyatan, siapa yang menyukai kasunyatan dapat meningkatkan pengetahuannya dengan mempelajari pengetahuan theosofi. Adapun keadaan agama sekarang hanya menjelaskan ajaran yang berseberangan dengan pengamatan seorang ahli. Sudah benar saja orang dapat meminta tanda bukti agama, sebab (dalam) aturan agama hanya diminta (supaya) percaya saja. Memang bagi orang yang sudah halus budinya, jelas-jelas bahwa agama itu belum mencukupi, serta tidak dapat menjelaskan tanda kebenarannya.
Kebanyakan agama sebenarnya sama-sama ajaran yang disampaikan kepada manusia (pada) waktu (jaman) kuno, ketika manusia belum banyak kemampuannya. Jadi di kala orang-orang (yang) pada waktu itu masih anak-anak, tetapi sekarang sama-sama sudah dewasa, yang sudah meningkat budinya kemudian meminta tanda bukti kebenaran yang diterima ketika masik anak-anak, itu (adalah hasil pemikiran) nalar bahwa agama tidak dapat membuat orang lega. Nantinya orang selalu mencari kebenaran sebab ada ketetapan (dalam) hatinya yang mengatakan bahwa dirinya dapat (memperoleh) sumber yang lebih baik. Ketetapan hati (yang) demikian itu yang selalu mengajak (manusia) mencari hal yang tersembunyi.
Oleh karena pada nantinya theosofi yang dijadikan (sebagai) bukti nyata kebenaran semua agama. Jadi agama yang sesuai dengan orang tua, yang (menjadi) ahli kanuragan.
Meskipun waktu dulu cara mengajarkan agama kepada orang yang masih anak-anak berbentuk cerita perumpamaan, perintah dan larangan, sekarang cara menceritakan kepada orang yang sudah matang berbentuk kanuragan atau kasunyatan.
Dahulu ketika budi manusia masih belum sempurna untuk mengetahui kebenaran yang sebenarnya, (manusia) mengetahui kebenaran yang ada pada agama (berupa) bungkus atau bebatnya saja. Sekarang theosofi yang menguraikan tali bebat kebenaran, supaya (dapat) diketahui oleh manusia. Jika pembelajaran agama dilakukan oleh theosofi, maka akan membuat (manusia dapat) merasa(kan) dan mengetahui kebenaran agama, sebab theosofi (adalah) hukum kasunyatan dan hukum kebenaran.
Perumpamaan, misalnya dengan padanan kata untuk perumpamaan (lainnya) yang digunakan untuk membuka rahasia kebenaran itu, theosofi yang akan menerangkan dan menyesuaikan.
Meskipun agama, ilmu kesempurnaan, dan kasunyatan itu, misalnya (adalah) anak-anak (yang) sama-sama satu ibu, urutan perkaranya memang dari satu, meskipun terlihat sama-sama tidak cocok, maka (akan tetap) terlihat tidak cocok, itu karena orang sama-sama tidak tahu (letak) keterkaitannya.
Hanya theosofi sendiri yang dapat mengumpulkan kembali bagian-bagian tadi, sebab theosofi (adalah) ibu yang melahirkan tiga anak tadi, sebab hanya pengajaran dan pengamatan theosofi yang sah, yang akan menetapkan (yang) sebenarnya yang disebut di atas tadi.
Siapa yang ingin berniat (untuk) mencari kebaikan (dari) kebenaran theosofi, harus sangat rajin dan sungguh-sungguh belajar, sebab hanya (dengan) belajar yang senang (untuk) dikerjakan maka kita (dapat) mengamati(nya) dengan teliti.
PERKARA YANG KEDUA:
MANUSIA DAN SELURUH BADANNYA
II. BADAN KASAR ATAU JASMANI
1. MENGENAI BADAN MANUSIA DAN BADAN
Kita harus mengerti (yang) sebenarnya mengenai perbedaan manusia dengan badannya. Orang biasanya menyampurkan (antara) Pribadinya dengan badannya, karenanya mencegah bahwa yang disebut aku itu adalah badannya, sebab perlu menghilangkan anggapan yang seperti demikian tadi, serta menghentikan (kebiasaan) menyampur (antara) Pribadi dengan bungkusnya, atau bedanya yang digunakan setelah firmannya (diberitakan) lalu diajar(kan) supaya menggunakan yang baru, jika memang masih perlu menggunakan badan lagi. Kita ini wujudnya yang hidup, adapun badan ini (adalah) bentuk atau bangunan yang ditempati.
Sebenarnya jika kita menyampurkan roh dengan badan kita yang hanya sebentar adanya, ini (menjadi) kekeliruan (bagi) orang yang menyampurkan perbedaan (dirinya) dengan pakaiannya. (Hal) itu tidak dikuasai oleh badan. Manfaat badan ditempati (oleh) roh, itu sama seperti manfaat pakaian yang dipakai (oleh) badan.
2. SEBAB MENYAMPUR
Adapun sebabnya menyampur tadi oleh karena orang umum tidak dapat memisahkan Aku yang sejati dengan badannya, tetapi karena dari belajar maka kita dapat memisahkan Pribadi kita dengan badan, seperti jika saya turun dari kereta yang saya tumpangi, yaitu jika ada di dalam (yang) saya rasa semakin (akan) selesai daripada saya (jika) tergantung pada badan tadi. Jika sudah dijalankan demikian sudah pasti saya akan tidak tersesat lagi. Kita ini (adalah) badan yang kita gunakan, serta menyalin semua perjalanan kita di dunia, mengantarkan kita kepada alam yang lebih tentram yang ada di dalam alam kehidupan, yang dapat mati ini, menempatkan kita di dalam tempat yang mudah kotor (dan) sepele setiap hari, yang kelihatannya lebih perlu untuk dipraktekkan, serta mengajarkan kita mengenai kemiripan badan yang selalu berganti-ganti (wujud) serta yang tetap lestari.
3. MENGENAI KESEJATIAN MANUSIA
Yang disebut manusia itu (adalah) Pribadinya yang hidup, yang memiliki rasa serta dapat berpikir adalah wujudnya Aku. Adapun badannya itu bungkusnya Pribadi tadi, serta satu-satunya bungkus (yang) dapat bekerja ada di alam ini atau ada yang untuk di alam lain, seperti supaya dapat ingat atau merasa di satu-satunya alam, juga oleh karena dapat memisahkan satu badan dengan badan lainnya.
4. MENGENAI PERBEDAAN DAN PERSAMAAN (DI ANTARA) SEMUA BADAN
Semua badan ini berbeda-beda bakalnya, serta campurannya berdasarkan dasar yang digunakan (untuk) merubah satu-satunya badan dan berdasarkan cetakannya, ada yang kasar, ada yang halus, ada yang singkat umurnya, ada yang panjang, ada yang dayanya kurang, ada yang lebih, tetapi seperti intinya memang tidak abadi, hanya menjadi piranti, menjadi teman manusia yang dapat terlihat gagah serta diperbaharui lagi berdasarkan dasarnya, serta disesuaikan dengan dayanya.
5. BADAN ADALAH PIRANTI MANUSIA
Badan yang ditempati hidup manusia dan (sebagai tempatnya) bekerja adalah piranti manusia, serta manusia harus mengerti bahwa adanya badan itu untuk ditempati manusia, bukan manusia yang digunakan (oleh) badan. Manusia itu lain dengan (apa yang dimiliki oleh) badan-badan supaya dapat digunakan (oleh manusia).
Badan kasar dalam Bahasa Sansekerta disebut Anamayakosha, (sedangkan) pada Bahasa Hindu setul sarira, pada Bahasa Arab (disebut) roh jasmani.
6. MENGENAI DASAR BADAN
Adapun yang disebut badan jasmani itu dimengerti (sebagai) badan kasar serta tubuh, sebab keduanya sama-sama bekerja di alam kasar, (terbuat dari) campuran jasad kasar, diwujudkan untuk berada di dunia ini. Jika badan tadi mati tertinggal di dunia, serta terurai tercampur dengan jasad kasar, Manusia Sejati lalu (pergi) ke alam astral (astraal geheid) yaitu alam yang lebih halus. Jika manusia belum melewati salah alam kasar itu, masih perlu menggunakan kedua badan tadi atau salah satu dari dua badan tadi (yang) bakalnya dari alam kasar, jadi tidak dapat digunakan untuk melewati salah satu alam tadi.
Meskipun badan tadi dapat dipisah, meskipun (berada) di dalam hidup pada bumi (yang) terpisah-pisah, serta jika pisah(nya) tidak baik, maka menandakan bahwa (manusia sedang) sakit. Jika sakit, rasa kedua badan tadi sama-sama terpisah sementara atau terikat seperti dukun, apa lagi jika orang ditidurkan (kemudian ketika) bangun langsung dapat ditanya macam-macam.
7. BEBERAPA BAGIAN BADAN
Badan kasar itu adonannya dari jasad kasar tujuh macam: berwujud badan kasar yaitu dari tiga jasad kasar, seperti: jasad padat, ini tempat manusia yang paling kasar, adapun dijadikannya pada (tempat) yang paling rendah, serta memiliki batas waktu dan tidak sempurna. Jadi manusia itu terpenjara pada jasad yang paling kasar.
Adapun dijadikannya badan kasar sudah diceritakan pada buku-buku, maka siapa yang (ingin) mengetahui cukup membaca buku-buku tadi saja. Di sini hanya akan menjelaskan apa yang dijelaskan oleh ilmu kesempurnaan.
Badan kasar itu dijadikan dari jasad kecil-kecil yang pada Bahasa Belanda disebut molekule (molekul) dengan alat untuk merasakan yaitu panca indera, alat untuk bergerak, otak, serta pembuluh darah (yang) kecil-kecil, alat untuk melakukan berbagai macam pekerjaan yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.
Orang yang mencari ilmu kasunyatan akan berharap pada gagasan theosofi bahwa terciptanya manusia itu (berasal) dari banyak hidup (yang) kecil-kesil yang tanpa bilangan. Tetapi seorang ahli pengetahuan kasunyatan tidak mau menjelaskan(nya) dengan menggunakan pengetahuan (yang) dirahasiakan, supaya dapat memastikan bahwa badna manusia, badan hewan, serta tetumbuhan itu diciptakan dari semua wujud hidup tadi, seperti yang disebut bakteri, mikroba aerob, anaerob, serta lain-lainnya yang tidak dapat terlihat jika (tidak) dilihat dengan tabung alat (untuk) memperbesar (benda), termasuk yang besar-besar. Satu-satunya perincian jasad, meskipun disebut dengan atau tanpa bagian-bagian badan yang penting, semua itu hidup. Semua hidup tadi sama-sama tergolong (dalam) alam jiwa atau hidup. Tetapi terpisah serta tidak berbentuk, sama kelompoknya dengan molekul, yaitu berbentuk bundar (yang) sangat kecil yang menjadi wujud roh dan menjadi wadah pendiri roh badan kasar. Di dalam badan itu (ada) hidup, berwujud hidup (yang) kecil-kecil tadi masuk keluar serta selalu menjadi perantara hubungan manusia dengan sekitarnya.
Satu-satunya atom dan molekul di alam ini tugasnya adalah mematikan badan kasar. Jadi semua (yang) berwujud kecil-kecil tadi yang membuat badan kasar dan juga wadah roh, dibentuk (oleh) daya pikiran jiwa. Di dalamnya diperintah (oleh) yang berwujud kecil-kecil tadi tetap tugasnya membangun badan manusia. Jika hidup tadi sudah akan tidak terarah lagi, serta diberhentikan (begitu) saja oleh keinginan sendiri. (Hal) itu menjadi daya (yang) melenyapkan, lalu mempengaruhi sel buatannya sendiri, seperti buyar yang saling menyebar, maka badan kasar menjadi jasad yang baunya wangi. Badan tadi akan tidak hidup lagi jika tidak mati, tetapi hidupnya menjadi satu, hidupnya berbarengan, hidup menjadi tumpang tindih, matinya diperlengkapi. Bedanya badan manusia yang hidup serta yang mati itu jika hidup dayanya berfungsi (dengan) nyata, jika mati hanya terpercik (daya hidup) sedikit. Sewaktu mati atau setengah sadar, molekulnya menurut (pada daya) penarik yang luhur, yang berkumpul kepada molekul tadi serta tersebar di udara [h.75] penyebarannya itu menjadikan matinya badan kasar. Demikian jika itu dapat dianggap mati, sebab molekul badan yang mati juga menggelar daya hidup yang kuat, jika orang mati, asalnya tidak akan busuk. Semua molekul yang menjadikan mayat tadi hidup, sama-sama tercampur baur ketika akan buyar (untuk) berupaya mendirikan hidup (yang) lainnya.
8. KEWAJIBAN (YANG MENJADI) PEKERJAANNYA
Pekerjaan badan kasar berkaitan dengan alam dunia serta apa yang sudah terasakan pada dunia, disebabkan oleh Pribadi yang berada pada tubuhnya, yaitu Manusia Sejati. Jadi badan itu digunakan (sebagai) alat (bagi) keadaan yang memiliki rasa, yang berada pada badan supaya bisa mendapat pengetahuan di dunia ini. jika badan semakin dapat merasakan apa yang ada di dalam(nya), maka semakin bermanfaat bagi Manusia Sejati yang berada di situ, karena Manusia Sejati itu dapat dirasa hanya dari semua yang dapat (merasa) getaran badan.
Tugas atma pada badan itu menjadi kekuatan pada sel, yang (di)perlu(kan) bagi kehidupan sel tadi. Tuan Ekhel (dari) bangsa Belanda (Dutch) yang mengerti pengetahuan kodrat menjelaskan demikian: sel itu sama-sama memiliki jiwa, maka menjabarkan demikian, sebab tuan tadi mengetahui bahwa semua sel itu sama-sama memiliki fungsi, tidak menyatu dengan fungsi semua (anggota) badan. Tetapi fungsi sel yang demikian tadi terbatasi hanya yang bermanfaat bagi sel itu sendiri. Fungsi sel tadi terbatas pada kesatuan rasa (dari) sekujur badan, karena sel tadi menjadi bagian badan. Terkadan sel itu menghalang-halani manfaat (bagi) badan. Menurut ketentuan (dari) fungsinya sendiri tidak merasakan manfaat (dari) badan. Semoga teringatkan (kepada) daging yang buruk yang berada di (atas) bara.
Sekujur badan itu juga memiliki pekerjaan sendiri yang jalannya tidak menggunakan hati, jadi seperti alat untuk bekerja (saja), seperti tangan yang sudah dilatih (untuk) menulis, (namun) itu jika Manusia Sejati bersedia (untuk) menulis, tangan tadi kemudian melakukan pekerjaannya, tetapi caranya selalu tetap. Adapun cara (tangan) bergerak (dapat) menjadi tetap itu (karena) selalu niat (untuk) dipelajari, karena menulis (dengan) menggunakan cara yang (ter)tentu itu membuat badan terbiasa kemudian (dapat) bekerja seperti alat-alat (yang) dijalankan.
Badan itu memiliki hidup sendiri (untuk) menolong atau bersusah payah melakukan pekerjaan (bagi) Manusia Sejati, tetapi manusia dapat mengajari badan supaya selalu mau menolong (sesama) manusia.
Daya hidup atau jiwa itu bekerja jauh di dalam sumsum (tulang yang) panjang, serta menggunakan kekuatan yang saling berkaitan, seperti yang mengatur dan menguasai semua sel, supaya dapat sama-sama bekerja dengan selaras, serta bekerja menurut (keinginan) badan sebagai kendaran Manusia Sejati yang harus dituruti permintaannya, serta tidak hanya menjadi kumpulan bagian yang berbeda dengan yang lainnya, tetapi berkumpul menjadi suatu keutuhan yang sempuna.
9. MENGENAI RASA
Badan kasar itu tanpa rasa, hanya menerima saja lalu kemudian diteruskan kepada Manusia Sejati melalui tubuh. Benar (bahwa) badan itu memiliki rasa sendiri, yaitu rasa yang kuat. Tetapi kita sama-sama tidak tahu. Maka jika (kita) akan mengetahui badan tadi (akan) diberi tanda kepada Manusia Sejati, menjadi terasa capek sekujur badan. Jelas-jelas bahwa badan itu tanpa rasa. Jika Manusia Sejati dikeluarkan dari badan dengan cara diciumi kloroform, maka (ketika) orangnya hilang kesadaran tidak terasa. Sel yang mewujudkan badan itu memiliki rasa sendiri apa yang sama-sama saya rasakan itu bukan yang dirasakan sel.
10. MENGENAI (SESUATU YANG BERADA)
DI ANTARA JASAD YANG DISEBUT CAKRA
Pada badan kasar itu ada tujuh (bagian di) antara jasad yang disebut cakra atau bagian terdalam badan. Seperti ada tujuh bakal yang (digunakan) untuk mengeluarkan badan lainnya melalui badan kasar, karena cakra tadi dapat terasa (jika) menerima getaran (dari) badan lainnya, jadi kemudian dapat masuk seperti: badan ingatan dapat dikeluarkan hanya melalui otak, karena otak itu cakra badan ingatan, roh cakra badan astral, serta jika badan tadi bergetar (maka) jalannya rah menjadi cepat, menyebabkan cepatnya detak jantung, sebab jika keluar hawa nafsu atau keinginannya sangat mendebarkan hati.
11. MENGENAI INGATAN ATAU RASA (BEWUSTZIJN)
Di sini maksudnya yang disebut ingatan yaitu keadaan yang digunakan untuk mengingat, atau rasa yang mengetahui di dalam alam kasar dan alam yang lebih halus seperti alam mimpi (dan) sejenisnya, dalam Bahasa Belanda disebut bewustzijn, adapun kata bewustzijn tadi seterusnya supaya ringkas hanya disebut ingatan (saja).
Otak adalah alat ingatan di dalam badan kasar. Dayanya kurang dari daya badan (yang) lainnya, tetapi pekerjaannya di alam kasar lebih besar, serta orang tahu bahwa Pribadi Manusia Sejati hanya ada di dalam badan kasar, karena badan lainnya belum sempurna untuk ingat dapat menggerakkan (apa yang ada) di badan kasar.
Pembuluh yaitu urat kecil-kecil yang sudah ditetapkan ada di sekujur badan, Bahasa Belandanya disebut zenuwstelsel, wujudnya (berupa) gerombolan seperti segulung tali. Nantinya rangkaian pembuluh tadi terbagi menjadi dua bagian, (A) rangkaian pembuluh yang tidak dapat diperintah. Pada keinginan orang umum dapat juga diperintah sementar, tetapi dengan cara selalu dilatih, seperti cara (yang dilakukan) pendeta bangsa Hindu. (B) rangkaian pembuluh yang dapat diperintah oleh manusia. Semua gerak manusia yang sudah (menjadi) kodrat itu karena dari kinerja pembuluh yang disebut tadi, seperti gerakan atas dasar permintaan untuk meremukkan sesuatu sampai hancur, detak jalannya nafas dan sejenisnya (yang) dapat manusia pikirkan, rasakan, menggerakkan badan itu karena dari kinerja pembuluh yang disebut pada bagian (B) tadi, yaitu sebab manusia dapat mewujudkan keinginan dan ingatannya, serta dapat disebutkan bahwa rangkaian pembuluh tadi berada di otak. Orang tidak dapat melakukan apa-apa di alam kasar jika otaknya tidak berfungsi.
Ingatan yang bekerja pada badan kasar itu tidak dapat keluar dari pagarnya, yang dapat diketahui melalui panca indera yang (berwujud) kasar, serta dibatasi hukum ruang dan waktu. Maksudnya terbatas pada ruang tadi misalnya begini, saya tidak tahu semua benda yang tidak terlihat dari ruang tempat saya (ada) sekarang. Kemudian terbatas waktu tadi (maksudnya) begini, waktu itu rangkaiannya hanya tiga: dulu, sekarang, besok. Saya tidak ingat pada perjalanan (yang terjadi) sebelum saya diciptakan di dunia sekarang ini dan tidak tahu perjalanan yang akan datang, karena saya masih merasa (masih) ada dulu, sekarang, dan besok. Apa lagi jika rangkaian (pembuluh) tadi tidak tertata, maka ingatan tidak dapat menghasilkan kinerja yang tertata.
Jadi jika manusia mewujudkan ingatannya pada alam kasar itu terbatas oleh daya alatnya yang kasar.
Dalam tidurnya, jika bakal manusia terlelap atau tenggelam (dalam tidur), (maka) badan kasar juga memiliki rasa atau ingatan sendiri yang tidak terlalu jelas. Tetapi ingatan tadi terpisah dengan ingatan Manusia Sejati, serta terpisah dengan ingatan sel yang berlapis-lapis. Fungsinya terlihat hanya seperti alat atau alat-alat untuk bekerja saja. Kebanyakan getar umumnya tidak berkaitan, tidak ada isinya, serta tidak karuan bagiannya. Terlihat seperti tidak dapat berpikir termasuk (jika) hanya (untuk) menceritakan (apa yang) dilihat (seperti yang) dilakukan oleh Manusia Sejati, karena jika ada pekerjaan rasa dari dalam seketika langsung diciptakan.
Apa lagi ingatan mengenai arah ke sebuah tempat, itu seperti berpindah ingatannya pada tempat tadi. Misalnya membayangkan (pergi) ke negeri Cina, (dalam) sekejap sudah benar-benar pindah ke negeri Cina tadi, kemudian orangnya langsung mimpi berada di negeri Cina.
Adapun ingatan otak kasar itu hanya tahu, tidak terasa (di) hati atau merasakan, serta semua ingatannya bercampur, itu termasuk kesenangannya meningkat atau menjadis angat senang.
[NO.2]
[BUKU PENGETAHUAN KESEMPURNAAN HIDUP]
[MILIK R.M.NG. MANGUNDIREJA DI]
[MANGKUNEGARAN]
Adapun keabadian dan tempat yang tanpa batas (awang-awang) tadi ada satu waktu dan ruang yang menyatu.
Sekarang aku beri tahu, ilmu nyawa (zielkunde) sama dengan ilmu hitung ukur yang tinggi (wiskunde), (yang) itu cipta kita pada jagat ini harus mengambil patokan dari satu titik tengah. Dari titik itu muncul semua cahaya pada sekelilingnya, lalu terlihat nyata pada kita.
Adapun cipta (yang) demikian itu ditetapkan kenyataannya oleh bukti dari penciptaan benda-benda. Sebab yang nyata pada darah (atom) tentu nyata pada semua jagat , karena semua hukum dunia itu sama asalnya, seperti: di jagat ini ada matahari yang menjadi pusat perputaran semua bumi (planet), yang disebut tahun itu tidak lain hanya waktu perputaran bumi sampai kembali di titik awalnya. Waktu itu sama nilainya pada satu planet dan planer lainnya, sebab dijadikannya dari perputaran (yang) beruntun melewati ruang titik yang sama. Tetap tahun bumi kita ini daripada tahun planet lainnya jauh jaraknya, karena ruang (perputaran) bumi (ziarah planet) dengan planet lainnya itu berbeda-beda jaraknya dari titik yang diputari.
Yang perlu diingat-ingat orang (adalah) demikian, semakin jauh orang (atau benda) itu dari benih yang ada di tengah, semakin tidak jelas dan kurang pengetahuannya terhadap benih tadi. Seperti planet (ziarah planet) yang berjauhan ruangnya itu hanya sedikit saja mendapat cahaya dari matahari. Demikian juga pengetahuan manusia yang masih berada dalam badan kasarnya terhadap kenyataan. Seperti melihat bayangan, tidak jelas, karena jauh tempatnya dari benih kenyataan yang sejati.
Jika sudah jelas pengetahuanmu terhadap waktu dan ruang yang disebut tadi, mungkin lebih mudah (untuk) kamu mengerti (mengenai) terciptanya semua ciptaan yang akan aku jelaskan dengan cara mengambil urutan dari ciri-ciri sebuah jasad. Ini yang mudah serta paling baik, karena perkara yang akan aku jelaskan (adalah) mengenai kenyataan yang tunggal, yaitu rasa yang muncul sendiri.
Tetapi meskipun demikian, kamu harus memiliki pemikiran bahwa penciptaan sungguh-sungguh tanpa awal dan akhir, (selalu) bertukar berganti-ganti. Jagat kita ini juga tidak termasuk (dalam) hukum. Sebelum jagat ini ada, dahulu sudah ada yang mengadakan dan jagat baru itu lagi yang menjadi benih jagat berikutnya, demikian seterusnya melewati dua jagat abadi, yaitu dulu dan besok. Perkara itu kenyataannya tidak dapat diraih oleh orang seperti aku, tetapi (oleh) yang sudah tinggi pengetahuannya sampai tidak dapat dikira bisa menjelaskan hal itu karena sudah jelas kenyataannya. Kesaksian itu ditetapkan oleh hukum pergantian (wujud) benda yang aku jelaskan tadi. Semua yang terlihat (kasat mata) diperintah oleh hukum pergantian tadi. Apakah jagat sendiri (yang) keluar menjadi hukum itu, (tentu) tidak mungkin.
Terciptanya jagat yang tiada duanya ini pada Bahasa Sansekerta disebut kalpa, artinya cipta. Pemilihan kata yang sangat sesuai , karena sebenarnya jagat itu (adalah) ciptanya Tuhan.
Maka sekarang sama-sama mengamati penciptaan dan umpamakan (bahwa) jagat sudah terbabar. Jika sudah sampai masanya (untuk) diam, maksudnya berhenti berpikir berwujud pikiran, daya berpikir berganti, berpisah, akhirnya jagat buyar. Dalam Bahasa Sansekerta disebut Brahmasare, selamanya tidur. Tidur (seperti) mati itu semuanya (menjadi) tanpa suara, tentram, tidak ada satupun yang ada, semuanya gelap sampai waktu bangunnya Brahma.
Bakal atau asal mula itu (ada) dua wujud. Pertama Brahman (di antaranya = tidak laki-laki tidak perempuan) itu keadaan sempurna, tidak ada bandingannya, tanpa watak, tanpa pasangan, tanpa ada tandanya yang terlihat bahwa (ia) tercipta dan jagat terbabar.
Kedua, Brahma (laki-laki) yaitu asal yang sebenarnya, yang mengadakan semua jagat, (yang) menjadi gagasan dan jagat (itu sendiri). Brahman itu yang tidak dapat dijelaskan, tidak dapat dirasa. Brahma itu Tuhan, yaitu asal yang tunggal dan benih pertama. Jadi sebutannya bukan keadaan yang ada di tengah-tengah, karena yang pertama menjelaskan pangkat urutan tadi.
Kesempurnaan itu menjadi tanpa sebutan. Jika bangsa Hindu dipertanyakan mengenai hal itu, pasti jawabannya tidak dapat dijelaskan, karena jagat (hanya dapat) dicapai oleh orang yang sudah sempurna.
Hukum demikian pada Brahman menumbuhkan gagasan pada bangsa kulit putih bahwa Brahman itu tidak dapat berdiri tanpa watak satupun. Tetapi bangsa tasawuf Hindu malah tidak akan menyebutkan bahwa yang sempurna itu tidak ada wataknya, hanya diam tetap (saja) disebut yang sempurna, supaya dengan memasukkan yang sempurna maka sekarang sama-sama mulai menjelaskan asal yang pertama, yaitu Brahma, yang bangun dari tidur (kemudian) menggelar semua wujud yang ada.
Ini urut-urutannya ciptaan tadi:
1. Brahma, Tuhan, hukum atau yang ada, sat yang sejati.
2. Awidya, yang tidak ada, yang tidak nyata.
3. Mahatma, sabda, atau asal mula cipta (sabda yang ketiga).
Adapun Brahman terhitung pada urutan yang paling depan, sebab demikian bakal (yang) tidak dapat dijelaskan. Lalu Brahma, yang nyata atau sat, bakal yang pertama yang mengadakan semua wujud yang berkelip (bergerak). Baiknya orang selalu ingat bahwa Brahman dan Brahma itu berwujud dua tetapi menjadi satu wujud. Di antara (keduanya) itu tidak ada bedanya sama sekali, seperti misalnya lingkaran (pancaran panas dan cahaya) yang dihasilkan oleh api dan baranya.@@@