Category Archives: PRASASTI KAMALAGYAN

PRASASTI KAMALAGYAN


Prasasti Kamalagean
Lokasi : Dusun Klagen, Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur.
Ukuran : Panjang 115 Cm, Tebal : 28 Cm, Tinggi : 215 Cm.
Bahan : Batu kali (batu andesit).

Keterangan Prasasti
Prasasti ini ditulis dengan huruf dan bahasa Jawa Kuno, yang isinya menyebutkan dibagunnya sebuah bendungam (dam) di Wringin Sapto oleh Raja Airlangga (Raja Kediri) bersama-sama dengan rakyat. Sebelum bendungan itu dibangun, dikatakan bahwa sungai Brantas (sungai Bengawan) selalu banjir dan airnya meluap ke beberapa Desa dan tanah Perdikan. Untuk menjaga dan memelihara bangunan bendungan tersebut, ditetapkanlah Desa Kemalagyan (Kemalagean) untuk menjadi Daerah Perdikan atau daerah bebas pajak pada tahun 959 Saka.

PRASASTI KAMALAGYAN

  1. Swasti Cakawarcatita 959 marggaciramas, rthi pratipada cuklapaksa, pa, pe, cu wara dunulan (graha) cara bayabyastha, destanaksatra cakragni dewata, dhriyoga, wawakarana, irika di wacanyajna cri.

  2. maharaja rake hulu cri lokecwara dharmmawanca airlangganama prasadottungadewa, tinadah rakyan mahamantri i hino cri  sangramawijaya prasadottungadewi, uminsor i rakyan kanuruhan pu dharmmamantri narottamajana.

  3. nacura, i pinsomyajna cri maharaja kumonakinikan ramapitaka i kamalagyan sapasuk thani kabeh, thani watek parikaja, atagan kalpurambi, gawe ma l masawah tampah 6 hinajyan ma su 10 ku 4 lon.

  4. drbyahajinin gaga, kbwan paserehan, ika rin lwah, renek, tpitpi, wulu-wulu prakara kabeh, pinda samudaya ma su 17 ma 14 ku 4 sa 4 yatika inandoan patahila drabya naji ma su 10 arkan asuji.

  5. masa i cri maharaja magilingilinan tanparik tanpa pada panleyo, tanpa pagaduh, tanpa pilihmas len drabyahajinin kalagyan sadanan ma su 2 ma 10 milu nandeh matahila ma su kakala.

  6. nan madrabyahaji ma I ku, inandeh matahila  drabyahaji ma I ateher ta kna rin pintapalaku buncan haji turnturun sakupan sarak sykha duhkha magon madmit denikan wargga hatur, wargga perih, mawan jurunin ka-.

  7. lagyan ranu rin dharmma, kewalanemwa drabyahaji in sima dawuhan i kamalagyan rin tambak rin warinin sapta juga paranahaya kalih, sambandha, cri maharaja madamel dawuhan rin warinin sapta lmahaikan anak thani kamala.

  8. gyan punyahetu tan swartha, kahaywaknanin thani sapasuk liir lasun palinjwan, sijanatyesan panjigantin, talan, decapankah, panlaja, ika rin sima parasima, kala, kalagyan, thani jumput, wihara ca.

  9. la, kamulan parhyanan, parapatapan, makamukya bhuktyan, ran hyan dharmma rin icanbhawana manaran i surapura, samankana brehnikan thani katahan kadedetan cariknya denikan kanten tmahan benawan amgat ri wa-.

  10. rinin sapta, dumadyakan unanikan drabyahaji mwan hilanakan carik kabeh, apan durllabha kawnanani katambakanikan banawan amgat de parasamya makabehan tan pisan pindwa tinambak parasamya.

  11. ndatan kawanan juga parnnahnya, samankana ta cri maharaja lumkas umatagakn ikan tanaya ri thani sakalra deni kerke mritapa cri maharaja, inatag kapwa panraba mabujcanhajya madawuhan sampun ta siddha kadamla.

  12. nikan dawuhan de cri maharaja, subaddhapagen huwus pepet hilinikan banu ikan banawan amatla hilinyanalor, kapwa ta sukha manahikan maparahu samanhulu manalap bhanda ri hujun galuh ika.

  13. rikan para puhawan prabanyaga sanka rin dwipantara, samanunten ri hujun galuh ikan anak thani sakawahan kadedetan sawahnya, atyanta sarwwa sukha ni manahnya makanta kasawaha muwah sawahnya kabeh an pinunya.

  14. n tinambak hilinikan banawan amgat ri warinin sapta de cri maharaja, dawuhan cri maharaja parnnahnikan tambak rin warinin sapta, samankana ta cri maharaja hanananan ri tan tguhanikan dawuhan.

  15. deni kwehnikan wwan mahyun, manlbura n yaca, ri sdananya n tan ringin raksan parnnahnya umahana, matanyan anak thani i kamalagyan tka  kalagyanya katuduh momaha i samipanikan dawuhan winin sapta.

  16. an sima dawuhan cri maharaja parnnahnya umiwya ikan pamananasa kahaywakna san hyan dawuhani ateher panandeh) drabya haji ma su 10 ilan i kamalagyan, tahilaknanya i cri maharaja ankan asuji ma-.

  17. sa, kapangiha rin warinin sapta, ikan kalagyan sandunan milu inandeh matahila drabyhaji ma su 2 kapangiha rin tambak denikan wargga hatur ankan asujimasa, kabalanan manadeh I kapangiha rin tambak.

  18. denikan wargga patih,  pirak salumari ri decanya patahilanya tan piriten, dalanya lmahnya dinawuhan cri maharaja, dumadyakan krtanin rat, mwan punarjiwani bbuktyan san sarwwa dharmma, sima parasima, kala kalagyan.

  19. thani jumput, wihara, cala, kamulan, palyanan para patapan kabeh, makateweka pandiri cri maharaja makadatwan i kahuripan, an sira saksat sumiram irin rat kabeh rin anuragamrta mahudanakan kirtti, u-.

  20. manun sakaparipurnnaknakna san hyan surwwa dharmma, ri pamepegni kayowananiran siniwi ri yawadwipamancala, hetuairan panglrakan dharmmakucalamula, tirutirunin rat kabeh, kapwa magawaya yaca, apan mankana sawabhawanikan.

  21. sira ratu cakrawartta, umanun pamangiranikan rat hita pratidina, panlingananikan sabhuwana ri tan swantha kewala cri maharaja, yawat kawanunanin yaca donanya, an kapwa kinalimban juga denira, sahana san hyan sarwwa dharmma ka-

  22. beh, mankana karanikan i kamalagyan an sinima de cri maharaja, wineh makmitana pracasti munwin titik wunkal mwan katmwani drabyahaji ni kala kalgyan in soen madawuhan i kamalagyan rin tambak ri warinin sap-

  23. ta denikan wargga hatur mwan wargga patih mapangiha pageha kaliliranani wka wetnya hlam tka ri dlahanin dlaha, an sima dawuhan cri maharaja parnnahnya, nayaka pratyaya tka rin pinbaiwuhuta ra. (lanjutan Prasati telah hilang).

Prasasti Kamalagyan dibuat untuk memperingati pembuatan bendungan di Waringin Sapta. Di dalam prasasti itu dikatakan bahwa raja telah menetapkan pengurangan pajak-pajak yang harus diserahkan ke kas kerajaan dari Desa Kamalagyan sewilayahnya, yang masuk wilayah Pangkaja, kebun sirih, tepian-tepian sungai dan rawa-rawanya, yang pajaknya seluruhnya sebesar 17 swarnna, 14 masa, 4 kupang, dan 4 satak, dikurangi 10 suwarnna untuk diserahkan kepada raja pada tiap bulan Asuji (September-Oktober) untuk kepentingan bendungan di Wringin Sapta itu. Dari daerah Kalagyan Sandangan, yang pajaknya 2 swarnna dan 10 masa emas, dikurangi 2 swarnna untuk diterimakan kepada wargga hatur (?) untuk kepentingan bendungan itu juga, dan dari Kakalangan yang pajaknya 1 masa dan 2 kupang, dikurangi 1 masa untuk diterimakan kepada wargga pati untuk kepentingan bendungan itu. Sementara itu, pajak-pajak perdagangan di desa itu berupa mata uang perak tidak dikurangi.

Adapun sebabnya raja mengambil tindakan demikian ialah karena Bengawan (Brantas) karena seering menjebol tanggul di Waringin Sapta, sehingga banyak desa-desa di bagian hilir yang kebanjiran, antara lain desa-desa Lusun, Panjuwan, Sijanatyesan, Panjiganting, Talan, Dasapangkah. Dan Pangkaja, demikian pula daerah-daerah sima, kalang, kalagyan, thani jumput, biara-biara, bangsal-bangsal (untuk para pertapa) kamulan, bangunan suci tempat pemujaan dewa, dan pertapaan-pertapaan, yang terutapa di antaranya ialah daerah labapura bagi sang Hyang Dharmma ring Isanabhawana di Surapura. Akibat banjir yang selalu datang itu sawah-sawah hancur, dan pajak yang masuk menjadi sangat berkurang. Tidak sekali dua kali rakyat membuat tanggul, tetapi tidak berhasil menanggulangi banjir yang setiap tahun datang. Raja pun mengerahkan seluruh rakyat bekerja bakti membuat bendungan. Karena tantangan ini cukup besar untuk memberi cambuk untuk bekerja yang lebih giat  dan jawaban ini dibuktikan pada Jaman Airlangga (tepatnya di daerah Kabupaten Sidoarjo  Jawa Timur). Air bah dengan segala macam malapetaka dijawab oleh rakyat Kediri dan sekitarnya, sehingga di daerah ini tampil kemuka dalam gelanggang sejarah Indonesia.

Selesailah sudah pembuatan bendungan oleh raja, kukuh kuat sehingga terbendunglah aliran sungai, dan kini aliran Sungai Brantas dipecah menjadi ti ke arah utara. Bersukacitalah mereka yang berperahu ke arah hulu, mengambil dagangan di Hujung Galuh, termasuk para pedangang dan nahkoda dari pulau-pulau lain yang berkumpul di Hujung Galuh. Penduduk desa yang sawahnya kebanjiran dan hancur, amat bersenang hatinya sekarang, karena sawah-sawah mereka dapat dikerjakan lagi berkat bendungan yang dibuat oleh raja. Oleh karena itu, bendungan di Wringin Sapta itu mereka sebut bendungan Sri Maharaja. Akan tetapi, kemudian raja berpikir akan kemungkinan banyaknya orang yang hendak menghancurkan karya besar itu. Oleh karena itu, raja memerintahkan agar penduduk Desa Kamalagyan  dengan kalagyaninya yang tinggal ditanah-tanah sekitar bendungan itu sebagai penjaga, untuk mengantisipasi semua orang yang hendak menghancurkan bendungan itu. Untuk itu, mereka mendapatkan bagian pajak seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu jumlah yang dikurangkan dari pajak yang semestinya disetor ke kas kerajaan.

Sekalipun prasasti ini kemudian memuat puji-pujian terhadap raja sebagai ratu cakrawati (penguasa dunia) yang menyirami dunia ini dengan air amerta yang penuh kasih sayang, menghujankan jasa dan kemasyhuran, dengan memprbaiki semua bangunan dan tempat-tempat suci serta daerah-daerah yang merupakan sima, sebagai pendewasaan kerajaan masa pemerintahannya di mandala Pulau Jawa, karena itu raja menyebarluaskan perbuatan darma supaya ditiru rakyatnya agar berlomba-lomba berbuat kebajikan, tetapi dari kalimat yang menyatakan bahwa raja mengkhawatirkan akan adanya usaha-usaha yang hendak menghancurkan semua jasa-jasa yang diperbuat, kelihatan bahwa Airlangga masih belum yakin benar akan ketaatan seluruh wilayah kerajaan pada pemerintahannya. Seperti telah dikatakan, prasati Kamalagyan itu dikeluarkan hanya seminggu tambah sehari setelah ia berhasil mengalahkan raja Wijayawarmma, raja terkhir yang masih belum tunduk (bula Karttika tahun 959 Saka atau 10 November 1037M).

Alang alang Kumitir.