Category Archives: PUISI

PERJALANAN KE LANGIT


Bagi yang merindukan,
Tuhan menyediakan,
Kereta cahaya ke langit,
Kata sudah menunjuk,
Bumi untuk menanti.

Sudah disiapkan,
Awan putih di bukit,
Berikan tanda,
Angin membawamu pergi,
Dari pusat samudera.

Tidak cepat atau lambat,
Karena menit dan jam,
Menggeletak di meja,
Tangan gaib mengubah jarum-jarumnya,
Berputar kembali ke-0.

Waktu bagai salju,
Membeku direrumputan,
Selagi kau lakukan perjalanan,
Jangan bingung dan jangan ragu,
Tetapkanlah dalam niat.


aak.

PESAN SANG PROKLAMATOR


Aku ini bukan siapa siapa,
Aku dilahirkan membawa misi cinta,
Untuk negeri dan bangsa ini,
Lebih dari jiwa ragaku sendiri,
Indonesiaku … Bumi Nusantara.

Saat ibu pertiwi menangis,
Rakyatku menjerit,
Aku terpanggil untuk meneriakkan,
Merdeka … Merdeka … Merdeka,
Hidup atau mati.

Banjir darah dan air mata,
Anak anak kehilangan cintanya,
Ribuan jiwa melayang,
Menjadi tumbal perjuangan.

Aku gali Nusantara ini,
Mutiara cinta aku kumpulkan,
Semangat nasionalis aku bangkitkan,
Toleransi, gotong royong, jiwa marhaen,
Aku rangkai menjadi Jambrud Katulistiwa,
Aku beri bingkai Bineka Tunggal Ika.

Nusantara ini aku beri jiwa,
Bangsa ini aku beri pandangan hidup,
Pancasila, Merah Putih, UUD’45,
Merubah atau mengingkarinya berarti mati,
Dan aku titipkan pada kalian.

Tapi kini kau ingkari semua,
Tawuran pelajar, perang antar suku,
Menjadi teroris di negeri sendiri,
Menjadi penjajah terhadap rakyatnya sendiri,
Keadilan dan iman kau jual,
Merah Putih tak mengibarkan semangat,
Bineka Tunggal Ika hanya slogan,
Wilayah digerogoti tetangga,
Sumber daya dijarah perampok,
Kata merdeka tak lagi diteriakkan,
Indonesia Raya menjadi lagu usang.

Kau lebih bangga berambut pirang,
Ingatlah Pancasila adalah jiwamu,
Bila kau bertakwa kepada Tuhan,
Kau akan tahu kemanusiaan yang beradab,
Kau akan mengerti akan persatuan,
Untuk bermusyawarah mencapai mufakat,
Menuju keadilan sosial bagi rakyatmu,
Kata-kata itu aku rangkai penuh makna.

Banggalah jadi orang Bali,
Tapi harus lebih bangga jadi orang Indonesia,
Cinta pada agama tapi lebih penting takwa pada Tuhan,
Suku-suka adalah perbedaan bukan perpecahan,
Kebinekaan adalah anugrah,
Toleransi jiwa gotong royong adalah kemanusiaan,
Cinta adalah segalanya,
Untuk meruntuhkan kesombongan, egoisme, kebencian,
Teriaklah selalu kata merdeka … merdeka … merdeka,
Hidup Indonesia … Hidup Indonesia …!!!

wedwose

SENANDUNG NUSANTARA ……. INDONESIA


Putera Pertama bin Nusantara binti Indonesia
Disenandungkan kepada kedua saudara kandungku:
Rakyat bin Nusantara binti Indonesia
Pemerintah bin Nusantara binti Indonesia.

Merah-PutihSenandung Putera Pertama
“Aku Mencari Kedua Adikku”

Nama Papa ku Nusantara, nama Mama ku Indonesia
ku mempunyai dua adik;

Yang nomor dua namanya :
Rakyat bin Nusantara binti Indonesia

Menurut cerita Papa dan Mama……….
Sekarang si Rakyat menikah dengan istrinya
yang bernama Suku bin Bahasa binti Bangsa
Dan memiliki anak yang sangat banyak
Sekarang si Rakyat dan anak-cucunya menderita
………sebab mereka tidak saling kenal dan tolong-menolong.

Sedangkan adikku yang bontot namanya :
Pemerintah bin Nusantara binti Indonesia

Menurut cerita Papa dan Mama………..
Si Bontot mempunyai istri yang sangat banyak.
Dia juga mempunyai anak angkat yang sangat banyak.
Tapi mereka hidupnya tidak pernah rukun,
……….karena tidak saling tolong-menolong dan bersatu.

Kadang kedua adikku dan keturunan mereka bertikai
Saling berperang merebut harta, jabatan dan wanita
Tapi mereka tidak menemukan sesuatu yang dicari
……….hanya kenikmatan sementara

Mereka hanya mendapatkan pertumpahan darah dan kematian
Kadang anak-cucu mereka yang tidak berdosa
……….menjadi tumbal pertengkaran mereka

Sebagai seorang Kakak…………..
Aku menangis dan serentak menghentikan cerita Papa dan Mama.
Aku tersadar dari mimpi bahwa aku bukan sendiri,
……….tapi mempunyai dua adik yang memiliki keturunan.

Aku diam sejenak………. menatap Papa dan Mama ku
Menengadah ke langit dan ke bumi
………sambil menarik napas yang dalam

Dan berteriak dengan suara yang sangat keras:
“Mereka dan keturunannya adalah kedua adikku, saudara sekandungku!
Mengapa tidak baku sayang dan menjadi satu?
Kenapa tidak ikut amanat orang tua: Bhineka Tunggal Ika

Aku diam sejenak dan mulai bertanya
………pada diriku sendiri dan istri serta anak-cucu ku:
“Bagaimana caranya aku menolong kedua saudaraku dan keturunannya?”
Istriku menjawab: “ Mereka masih diberikan pelajaran
Pengenalan tentang Kerajaan kita.
Biarkan saja. Nanti ‘kan tahu juga dan sadar diri”

Anakku yang pertama memberikan dan pendapatnya begini:
Sebagai wakil dari keempat adik dan anak-cucu Papa dan Mama,
Aku usul pada Papa dan Mama agar pergi
Untuk mengajarkan kedua adik Papa dan keturunannya
………dengan cara menegur dan menasehatkan mereka

Untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab
………terhadap diri sendiri, jabatan dan kedudukan
……………serta istri-istri dan anak-anaknya.

Aku kagum dengan pendapat anakku.
Di pihak lain cucu-cucuku ngotot, menantang pandangan oomnya.

Untuk itulah aku menulis surat ini dan memperkenalkan diri:
Namaku Agung Sentosa Alam Jagad Raya Wilayah bin Nusantara binti Indonesia.
Istriku bernama
Cinta Damai Putri Negara Sentosa Adil Makmur bin Langit binti Bumi

Nama kelima anakku :
1. Tanah, 2. Air Laut, 3. Sungai-Mata Air, 4. Udara, 5. Fosil Bawah Tanah.

Cucuku sangat banyak.
Aku menulis pendapat dan pertanyaan cucu-cucuku
……..kepada kedua saudaraku dan keturunannya

(Inilah hasil ngotot mereka) :

Setiap hari kami memberi, kenapa tidak membagi……..?

Setiap hari bertemu, kenapa tidak kenal……..?

Apa yang menutupi dadamu, saudaraku…….?

Yang aku tidak mengerti, kenapa tidak pernah puas……?

Kerajaanku dan keturunanku dirusak, tapi kami sabar lawan terima……

Bahwa untuk kedua saudaraku lah aku ada
………dan selalu ada bersama mereka!.
Itu keputusanku, mengakhiri perdebatan keturunanku.
Aku dan keturunanku boleh bertemu
dengan kedua adikku dan keturunannya,
Tapi harus dibawah janji “SUMPAH PALAPA”,
Baru semua milik kerajaan kami, kami “BUKA”
……untuk kedua adikku dan keturunannya.

Kami dikagetkan dengan teriakan ………
“MERDEKA”suara teriakan Mama dan Papa.

Dan kami semua stop bicara.

No Name/Tanpa Nama
Ini cap jari Istriku dan Aku